Kamis, Desember 25, 2014

Didalam Tujuh






Dan Sang Pencipta memberi petunjuk keberadaan tujuh lapis langit (seven heavens), yang tidak hanya bisa diterjemahkan secara harfiah bahwa lapisan langit ada tujuh, melainkan lebih luas lagi berupa pola keberaturan semesta yang jauh dari bayangan sebelumnya bagi sang makhluk ciptaanNya.

Betapa ketujuh lapisan semesta itu masing-masing secara bersamaan memiliki ruang dan waktu yang meskipun tidak sama persis akan saling berhubungan dan berkaitan dimana semua makhluk ciptaanNya, masing-masing akan berkesempatan berperikehidupan di dalamnya dengan pola imbal balik serta konsekuensi yang akan didapatkannya, tanpa disadarinya.

Jadi, setiap makhluk ciptaanNya yang telah berada dalam satu semesta, maka segala keputusannya dalam berperikehidupan di semesta itu akan berkonsekuensi kepada kehidupannya dalam semesta lain yang berjajar di sebelahnya.


Tentunya, petunjuk ini diberikan kepada makhluk ciptaanNya yang paling sempurna, yang dikaruniai akal, budi pekerti dan wujud fisik yang memungkinkan mereka berperikehidupan dalam salah satu semesta itu, sebagai manusia.

Dalam kondisi yang sedikit tersucikan -yang seringkali- tidak disadari oleh manusia, beberapa semesta itu menjadi beririsan, sehingga dirasakan sebagai suatu sekelumit bayangan masa depan, yang sering disebut de javu.

Tidak mustahil, ketujuh lapis semesta itu saling berimpitan satu sama lain sehingga seorang manusia yang sangat suci, bisa mengembara di dalamnya untuk melihat apa-apa saja keterkaitan antar semesta sebagai konsekuensi yang dialami oleh semua makhluk ciptanNya, terutama manusia, dalam setiap deretan semesta itu.

Dan itu pernah di alami seorang Rasul, sang manusia tersucikan yang diberi kesempatan menengok setiap tujuh semesta itu hingga menghadap Sang Pencipta disinggasanaNya, untuk kemudian dikembalikan ke semesta dimana dia berperikehidupan.

Berusaha bersuci, berarti kita -sebagai manusia- memiliki kesempatan untuk merenungkan keberadaan masing-masing dalam setiap semesta sebagai konsekuensi setiap detik, bahkan seper sekian detik atas segala keputusan yang kita buat ketika berperikehidupan di semesta saat ini. 

Meningkatkan kesucian, berarti memiliki kesempatan untuk bisa melanglang ke semesta lain melebihi kesempatan yang didapatkan oleh manusia pada umumnya dan menyadari bahwa betapa perikehidupan dalam semesta saat ini hanya sebagian kecil dari pola keberaturan antar semesta yang menunjukkan keEsaanNya.

Dan menjadi suci, berarti setiap keputusan yang akan diambil, setiap langkah yang akan dilalui, selalu mengingat keberadaanNya beserta sistem Maha Jenius ciptaanNya.

Samburakat, 31 Agustus 2014