Jumat, Maret 27, 2009

Petualangan Operasi Sinusitis

Begini (siap-siap baca lama dan kernyitkan dahi, karena juga akan dibubuhi alasan-alasan yang bernuansa mekanika kuantum);

Saya sebenarnya divonis untuk dioperasi sinusitis, itu pada medio April 2006 dari sebuah RS yang tekemuka di wilayah Bekasi Timur oleh seorang dokter THT yang sayangnya saya lupa namanya.

Keluhan yang saya alami waktu itu bukan berupa pusing berat, melainkan pusing ringan terutama setelah naik pesawat terbang (saya dulu khan sering perjalanan Jakarta – Timika). Selain itu keluhan saya adalah adanya aroma tidak sedap yang saya sendiri yang merasakan di sekitar hidung bagian dalam. Aromanya nya gimana ya nerjemahkannya. Pokoknya, istilah jawa-nya itu 'mak seng', demikian gambaran aromanya di rongga hidung saya.

Setelah dilakukan ronsen di wilayah THT di wajah saya, maka terlihat adanya indikasi sinusitis parah yang disebabkan oleh sesuatu puluhan tahun yang lalu. Tapi saya waktu itu memutuskan tidak mau dioperasi, karena kebetulan dokternya - menurut saya - tidak menunjukkan sikap yang empati (walaupun sebenarnya dokter itu dilarang berempati kepada pasiennya (masak dibilang operasi sinus itu operasi besar, sakit dan menimbulkan trauma). Waduh rek aku yo emoh nek koyo ngono.

Akhirnya saya tandatangani surat keberatan dioperasi di RS itu, tapi dokternya memberikan saya obat penahan nyeri in case saya melakukan perjalanan via udara dan beberapa obat antibiotik khusus penderita sinusitis, yaitu grup Levoflaxin merk Cravit 250 mg, in case kalo aroma tidak sedapnya itu kambuh.

Waktu pun berjalan sampai akhirnya pas tanggal 30 Desember 2007 habis ngajak jalan-jalan anak saya yang sulung di Taman Anggrek dan beli DVD live reuni grup band ASIA di Budokan, tiba-tiba pas pulang-nya serasa mata saya sebelah kanan (ini memang bagian rongga sinus saya yang bermasalah) terasa ada yang menarik-narik dan kepala sempat pusing.

Saya pun akhirnya minum panadol untuk menghilangkan rasa sakit dan malam harinya saya habiskan waktu baca novelnya Ahmad Tohari = Bekisar Merah, sampai tamat jam 4-an subuh.

Besoknya pas bangun pagi agak siangan habis baca novel, tiba-tiba kepala saya rasanya pusing berat tak tertahankan, terutama di sisi sebelah kanan dan rasanya mata sebelah kanan ini ada yang menarik ke dalam. Akhirnya tangan saya waktu itu harus pegangi wajah bagian kanan kalo harus berjalan….. wis jan ngelu-ne ora ilok.

Hampir seharian menjelang malam tahun baru 2008, saya hanya duduk-duduk dan tiduran dan hanya minum air putih saja, Nafsu makan hilang sama sekali. Istri saya sempat panik, tapi saya tidak ingin membuatnya bertambah panik dengan cara; saya berusaha menahan sakit. Lha gimana, mau taun baru-an kok malah panik.

Untuk mengurangi rasa sakit, saya minum panadol sampai 2 kaplet sekali minum. Lumayan, tapi selang 3-4 jam pusingnya dan rasa mata kanan ketarik ke dalam, kambuh lagi.

Jadi malam tahun baru 2008 kemarin praktis saya bergelut dengan pusing akibat infeksi sinusitis saya mencapai puncaknya, dengan rasa nyeri yang nyaris tiada tertahankan !

Anu, pembaca yang budiman,..... sssssttt..... bacanya jangan sambil ngowoh, gitu. Itu mulutnya jangan kebuka gitu donk.... mingkem dulu...mingkem dulu.....

Konon saya sempet pingsan selama 3-4 jam-an waktu setelah Subuh tanggal 1 Januari 2008. Juga sempat istri saya nangis karena katanya saya sempet pamitan...padahal saya nggak sadar sama sekali... mungkin kalo orang sudah berada diatas batasan tolerasi rasa sakit, akhirnya jadi nggak sadar seperti itu ya ?

Untungnya istri saya punya inisiatif nelpon tetangga saya yang dokter THT, nama inisialnya Pak EP. Lha ndilalahnya beliaunya juga sedang liburan bersama keluarga dan akan pulang besoknya, 2 Januari 2008. Waduch byunk ! (ini ungkapan yang lebih sakit dari 'aduh byung') masa nyeri-pun diperpanjang kontraknya di wajah saya di sebelah kanan ini.

Karena saya mulai terbiasa sakit, maka selama seharian hingga besok sorenya, saya nggak pake acara pingsan-pingsanan lagi. Istilahnya saya mulai bersahabat dengan rasa sakit itu, walaupun nggak akan bertahan untuk berlama-lama.

Habis Maghrib tanggal 2 Januari 2008, saya ke Pak dokter EP sambil bawa hasil ronsen di RS tersebut diatas hasil tahun kemarin.

Beliaunya bilang bahwa saya memang harus dioperasi, karena sudah berkategori dampak berat atas suatu infeksi. Penyebabnya bisa karena trauma fisik atau infeksi pada gigi geraham bagian atas.

Kategori operasinya ada dua, yaitu;
- Sinuskopi, bila belum terakumulasi menjadi padatan dalam rongga sinus, dimana rongga hidung dan sinus dimasukin selang kateter dan kotoran-kotoran di dalamnya akibat infeksi disedot keluar dan dibersihkan.
- Explorasi, bila sudah parah dan kotoran akibat infeksi menjadi padatan dalam rongga sinus. Istilah awamnya, hidungnya dikerok.

Waduh, saya sempat panik. Tapi Pak dokter EP meyakinkan saya bahwa dijamin tidak akan sakit karena akan dibius total, karena bila tidak memang pasti akan membuat trauma. Dan dijamin tidak akan ada luka bekas operasi atas hidung saya, karena memang ini bukan operasi bedah hidung supaya lebih mancung. OK itu, karena tadinya saya takut kalo hidung saya ini ketuker sama hidung model si Tukul.

Nah ini dia, suatu pendekatan empati yang - menurut saya - pas. Mungkin juga karena Pak dokter EP itu tetangga baik saya, jadi penjelasannya asyik-asyik saja di telinga saya. Atau mungkin waktu itu saya memang sudah pasrah di-apakan saja karena sudah 4 hari berkutat dengan rasa nyeri yang tak tertahankan tapi saya masih berusaha mencoba bertahan supaya tidak kelihatan oleh istri dan anak-anak saya pas tahun baru kemarin.

Saya memang belum kepikir untuk konsultasi dengan Pak dokter EP karena kebetulan beliaunya tidak praktik di RS rujukan perusahaan tempat saya bekerja. Tapi di RS di wilayah Bekasi Timur, tapi bukan yang RS tersebut di atas (paham 'khan ?).

Memang fasilitas RS-nya relatif dibawah RS terkemuka tersebut di atas, tapi yang penting sembuh pikir saya waktu itu.

Saya mulai menginap di RS di tempat Pak dokter EP praktik tanggal 3 Januari 2008. Ini pengalaman pertama bagi saya dirawat di RS. Seumur hidup baru sekarang saya menginap di RS sebagai pasien. Tahun-tahun kemarin saya memang menginap di rumah sakit, bukan sebagai pasien tapi menjaga istri saya yang mau melahirkan anak-anak saya yang lucu-lucu itu.

Dapat fasilitas VIP !, karena itu jatah saya menurut aturan perusahaan saya bila saya sakit. Jadi saya sempet mikir, seandainya ini VIP-nya RS Mitra Internasional atau RS Pondok Indah atau RS Bintaro International atau RS Siloam Karawaci atau RS Glen Igleas International Karawaci, maka pasti fasilitasnya lebih asyik lagi. Juga bergengsi, bisa buat cerita untuk tetangga kalo sembuh nanti.

Lha tapi ini khan urusan lagi sakit, masak ya mikir gengsi-gengsi-an. Lagi-an rumah saya khan di daerah Cibitung.

Sebelum besoknya dioperasi, hari itu saya dilakukan tes-tes laboratorium dan check up lengkap. Termasuk periksa gigi untuk memastikan penyebab infeksi sinusitis saya.

Setelah diperiksa melalui ronsen dan diperiksa kondisi gigi geligi saya, ternyata bukan dari kerusakan gigi yang akumulatif, kata dokter giginya (Ibu-ibu, saya lupa namanya). Akhirnya saya ingat kejadian 25 tahun yang lalu, tahun 83, saya pernah trauma di wilayah wajah sebelah kanan karena terkena tendangan akibat telat nangkis waktu ada pertandingan silat Perisai Diri di Malang. Waktu itu saya masih kelas 2 smp. Waktu itu memang sempat bengkak dan biru-biru selama 2 minggu-an, tapi oleh dokter waktu itu tidak dirujuk untuk periksa kondisi THT. Jadi inilah penyebabnya, sehingga 25 tahun kemudian, pendarahan dalam yang saya alami menjadi mengeras dan mengganggu sirkulasi / tekanan udara di dalam rongga sinus yang saya miliki.

Pantesan, selama ini kalo habis pilek, rasanya pusing di wilayah wajah bagian depan. Apalagi kalo pas sujud waktu sholat..... nyerinya nggak nahan. Seringkali pusing di bagian kening dan kalo sudah ada bunyi mak ’krek’, baru berangsur pusingnya ilang.

Saya mulai dioperasi pada pukul 17:30 WIB tanggal 4 Januari 2008...kalo nggak salah hari Jum’at. Dokter spesialisnya ada dua, yaitu THT dan Anaestesi.

Keberadaan dokter spesialis anaestaesi itu sangat penting. Karena memang dalam praktik operasi, ternyata kecelakaan seringkali bukan karena sewaktu operasi, melainkan senyawaan kimia anaestesi yang disuntikkan kepada pasien yang bisa jadi tidak sesuai dengan kondisinya. Makanya beberapa hari sebelum operasi dilakukan check up lengkap guna data/diagnosa bagi dokter anaestesinya.

Kalo akan dioperasi oleh pihak RS, maka pastikan harus ada dokter khusus/spesialis anaestesinya. Karena ternyata, proses anaestesi itu titik paling kritis. Kalo proses ini gagal, maka sang pasien-pun bisa terancam akan terteleportasi ke dimensi yang bukan dimensi di mana bumi dan segala isinya ini berada.

Saya sempet diwanti-wanti bahwa dampak anaestesi itu bisa 2-3 hari-an, tergantung berat tubuh. Nah untuk tubuh saya yang tidak bisa dibilang kurus kering ini, maka bisa jadi efeknya akan terasa 3 hari-an mendatang, karena lemak akan menghalangi senyawaan anaestesi untuk terurai lebih lanjut.

Saya juga balik nanya, kira-kira dampaknya apa. Dijawab perasaan melayang. Saya jawab kalo saya seneng itu, karena bisa sambil dengerin musik jenis rock alternatif model Pink Floyd. Lha daripada beli heroin atau sebangsanya. Dokternya ketawa.

Hari itu juga hari pertama saya diperlakukan sebagai pasien yang dioperasi. Riwayat saya dioperasi dalam pengertian hilangnya salah satu jaringan dalam tubuh saya yaitu tahun 82 pas gunung Galunggung meletus. Waktu itu saya di-sunat.

Sempet grogi saya ketika akan masuk ruang operasi yang bersuhu dingin itu. Istri dan anak sulung saya nunggu di luar sambil kembeng-kembeng mau nangis. Saya bilang tenang saja, ini baru di hidung bukan bagian yang lain.

Dalam ruangan operasi, sudah ada 4 orang.... semua ramah-ramah..... ada beberapa kemungkinan kenapa semuanya ramah;
1. karena memang sudah merupakan layanan dengan keramahtamahan dan senyum standard
2. karena saya pasien kelas VIP
3. karena Pak dokter EP itu tetangga baik saya
4. orang-orang seneng ngeliat saya yang juga bersikap ramah, tidak tegang seperti kebanyakan orang yang mau di operasi. Hal ini adalah salah satu nilai positif bahwa saya bertekad untuk tidak takut dioperasi, karena saya memang pernah dioperasi beberapa puluh tahun yang lalu, yaitu = di-sunat.

Singkat cerita, saya tidak ingat apa-apa lagi setelah dokter anaestesi yang juga berisisial A itu menyuntikkan senyawaan anaestesi. Perasaan saya selama 5-menitan berada di ruangan serba putih. Sangat-sangat putih, tanpa merasakan apa-pun. Tidak sedikitpun rasa sakit yang saya rasakan selama ’5 menit’ itu !

....sik...sik.....sik...... Pembaca yang baik, itu bacanya kok mulutnya masih terbuka lagi.... mingkem dulu...mingkem dulu.....mak hmmm.

Setelah merasakan '5 menit' dalam cahaya serba putih, saya disadarkan oleh teriakan keras = "sudah Pak Anton, bangun-banguuunnn..."

Sejenak pandangan saya kabur dan tubuh rasanya lemas sekali. Mengangkat tangan saya susah. Saya menoleh, istri saya sudah pegangi tangan saya, sambil nangis. Juga anak saya yang sulung. Saya mau bilang ’sudah beres, Alhamdulillah’.... tapi kok rasanya susah dan aneh.... Oalah ternyata hidung saya sudah dibungkus dan dimasuki kateter udara bantu pernapasan.

Saya dalam posisi tidur di tempat tidur khusus yang beroda.

Saya sempet paksa nyalamin orang-orang RS yang saya temui di dalam ruangan, tapi pandangan masih belum jelas.

Saya dipindah ke ruangan opname. Diberi minum, karena saya merasa sangat haus. Saya sempat liat jam, ternyata sudah pukul 8 malam kurang 1/4.

Saya tanya dokter, tadi operasinya berapa jam ?..... dokter bilang hampir 2 jam..... jadi waktu relatif ’5 menit’ dalam kondisi melayang tadi, ternyata adalah 2 jam waktu kondisi normal..... itulah dilatasi waktu ala mekanika kuantum. Ternyata waktu itu akan menjadi relatif tergantung pada kondisi fisik dan perasaan-sanubari kita juga.

Semalaman saya tidur sendirian. Istri dan anak, juga beberapa tetangga saya ada yang menawarkan untuk menemani saya, tapi saya minta mereka pulang saja. Karena pasti kru RS mau bantu kalo ada apa-apa, tinggal mencet bel. Ada beberapa alasan, kenapa saya minta mereka pulang :

1. karena istri saya masih menyusui anak saya yang ke 4.
2. karena saya nggak ingin merepotkan tetangga saya. Mereka juga punya kewajiban untuk menjaga anak-istrinya di rumah.
3. karena saya memang ingin merasakan bagaimana rasanya dirawat di sebuah RS dengan fasilitas VIP, sendirian.

Habis itu saya cuman tidur dan tidur.... jam 2 an pagi sempat bangun, untuk minta minum sama suster..... minum aja susah, karena ada kateter dan hidung saya dibungkus juga saya merasakan rongga hidung saya sangat buntu, sehingga harus bernafas liwat mulut.

Besok pagi-nya sekitar pukul 7 pagi, saya dibangunkan oleh suster jaga.

"Pak, biar seger, Bapak saya lap ya ?" tanyanya dengan ramah.

Wah di-lap ?... memangnya saya meja pikir saya.

Belum sempat saya menjawab, suster itu sudah mulai melepas baju saya..... dan saya mulai di-lap / di-sibin pake lap yang dicelup-peras dalam air hangat. Segar tentunya.

Sambil menjalankan pekerjaannya, suster itu juga bercerita tentang sinusitis. Dia bilang bahwa memang benar, sinusitis harus dioperasi seperti saya, supaya tidak kambuh lagi.......

Mulai-lah celana rumah sakit yang saya kenakan dilepas oleh suster itu, dengan tanpa perasaan canggung sama sekali. Sebagai lelaki normal, saya sempat mikir agak nakal; 'wah seandainya ini dalam keadaan sembuh, segar-bugar, maka apa yang akan terjadi ?...'

Pas saya nanya apakah suster itu sudah berkeluarga, dia menjawab sudah dan suaminya anggota TNI angkatan udara....NAH LO ! wis kapok koen 'Ton !

... pantesan pikir saya... kok nggak canggung menghadapi pasien yang tidak berdaya seperti saya hari itu.

Seharian itu, saya susah untuk makan, padahal terus merasa lapar (mungkin ini juga dampak dari senyawaan anaestesi itu). Susah karena mulut saya susah untuk mengunyah makanan karena hidung saya terasa sesak dan terbungkus. Siang hari istri dan anak sulung saya nengok sampai sore.

Orang-orang kantor nggak ada yang tau, karena tidak saya kabar-i. Padahal saya baru sadar, kalo orang yang sakit/dirawat inap, akan merasa nyaman bila ditengok. Paling tidak sebagai sugesti bagi yang bersangkutan untuk bisa segera sembuh.

Besok pagi-nya, saya nggak mau di-sibin oleh suster, karena memang tidak ada alasan bagi saya untuk di-sibin, wong saya sudah bisa jalan sendiri ke kamar mandi kok.....

Sore harinya Pak dokter EP mulai membuka bungkus hidung saya...... radha ngeri saya pas dibuka..... ternyata di dalam hidung saya ada selang ukuran +- ½ cm panjang 5 senti-an dan beberapa kapas di dalamnya...... saya pikir sudah selesai..... ternyata Pak dokter EP masih menyuruh saya menahan nyeri, karena akan mencabut tampon di dalam hidung saya..... ya udah deh ... saya melek merem menahan nyeri ketika Pak Eddy dibantu suster menarik tali tampon dalam rongga hidung saya. Panjang banget, ada kalo 1 meter-an !

Hidung sebelah kiri sudah bebas tampon....saya lega....

Tapi ternyata batal ! karena di hidung yang sebelah kanan juga masih tersisa tampon.... waduh ’rek.... penderitaan nyeri belum berakhir… tampon yang tersimpan di rongga hidung sebelah kanan harus dicabut. Ritual seperti sebelumnya pun terjadi... nyeri campir geli dihidung dan ngeri jadi satu...... jadi total tampon di kedua hidung adalah 2 meter !

.....eits... Pembaca, itu mulutnya ditutup.... mingkem dulu... mingkem kayak Megawati.

Nafas jadi lega sekarang, sudah bisa liwat hidung. Tapi harus hati-hati, kalo bisa jangan bersin liwat hidung.

Makan dan minum juga terasa lebih enak. Malam itu saya pilih masakan rumah yang dibawa oleh istri saya sore harinya. Seingat saya sambel goreng tempe dan paru goreng kesukaan saya. Tapi makan harus tetap pelan-pelan.... sebenarnya saya nggak suka cara makan terlalu pelan, tapi salah satu alasannya demi menunjukkan sebagai orang yang sedang dirawat inap.

Malamnya, sebelum tidur rupanya ada pergantian suster, bukan suster yang juga anggota ibu-ibu Dharmapertiwi TNI AU yang kemarin, tapi yang lebih muda, menurut saya. Saya sempat ngobrol-ngobrol dengan suster muda itu.

Waktu saya diminta untuk tidur dan diinjeksi obat antibiotik, eh... suster itu bilang; "Pak, lain kali ketemunya jangan di RS... di mall aja"... sambil senyum-senyum.....

Wah fenomena apa lagi ini ?!....padahal selama ini saya punya persepsi bahwa suster itu galak, judes dan sangat berpotensi menjadi hantu, seperti judul film horor buatan Indonesia yang berjudul : Suster ’N’ (DVD bajakannya laku di terminal UKI).....

Waktu itu, saya cuman mikir, seandainya yang nge-lap saya kemarin itu suster yang ini, pasti dia langsung ngajak nonton bioskop (lho apa hubungannya?)

Ada beberapa kemungkinan yang saysa asumsikan kenapa suster muda itu ngajak saya ketemuan di mall, yaitu ;

1. saya dinilai sebagai orang golongan the have atau paling tidak pejabat penting suatu instansi tertentu, karena menginap di ruang VIP.
2. suster muda itu ingat salah satu seleb tanah air yang entah siapa dia, ketika melihat wajah saya, atau
3. suster muda itu memang belum pernah ke mall sama sekali, hanya tau kalo mall itu tempat orang jalan-jalan.

Besoknya, tanggal 7 Januari 2008 saya diijinkan pulang dan saya disarankan untuk tidak konsumsi es dan sea food. Untungnya sea food, bukan tempe dan paru goreng. Juga diminta untuk kenakan masker dalam waktu 2-3 bulan. Tapi sampai saat ini saya masih enjoy menggunakan masker anti debu ketika perjalanan ke kantor/Jakarta. Pertama-tama orang melihat saya aneh, lama-lama sekarang saya lihat mulai banyak yang menggunakan masker yang berwarna luar hijau itu kalo sedang jalan-jalan di Jakarta dan sekitarnya, terutama di daerah yang high polluted.

Setelah memberi oleh-oleh buat suster-suster yang menjaga saya selama dirawat (termasuk suster yang ngajak ketemuan di mall itu), saya ke kasir. Jumlah yang kuitansi yang saya tandatangani adalah 14 Juta-an, termasuk rawat inap, pengobatan, operasi dan fasilitas kamar. Untungnya sudah ditanggung kantor. Itungan saya, selama 14 tahun bekerja di perusahaan ini, baru sekarang saya dirawat di RS. Jadi itungannya selama setahun saya nabung 1 Juta untuk biaya RS.

Khusus untuk operasinya sendiri seingat saya 5 Juta-an (rupiah, bukan dollar).

Setelah tandatangani kuitansi, saya dan istri pulang.

Dan bener, selama 2-3 hari selanjutnya saya pun masih merasa melayang. Artinya, senyawaan anaestesi itu lebih lama mengendap di tubuh saya hingga 3 hari setelah 3 hari waktu operasi dilakukan. Ada beberapa kemungkinan;

1. bisa jadi dosisnya yang berlebih sedikit.
2. mungkin saya tidak terbiasa konsumsi obat-obatan jenis anaestesi, karena saya memang bukan konsumen narkoba.
3. mungkin saya yang kelebihan berat badan.... tapi nggak juga karena keluar dari RS badan saya turun sampai 5 kiloan (gram).

Kemudian, selama 1 bulanan setelah operasi, saya mengikuti program terapi fisik di RS, setiap hari Rabu dan Sabtu, untuk mengeringkan rongga hidung saya dan memeriksan serta mencegah supaya tidak ada infeksi lanjutan pasca operasi.

Demikian ceritanya.

Jadi, Pembaca yang budiman, kalo ada orang-orang terdekat yang mengalami keluhan seperti yang saya ceritakan di atas, atau barangkali pas deket-deketan / lagi ’yhang-yhang'-an tiba-tiba/ujug-ujug/dhumadhakan mak ’seng’ mencium aroma yang kurang sedang di sekitar hidung yayang-nya, maka sebaiknya segera dikonsultasikan ke dokter THT.

Jangan sekali-kali nekat pengobatan alternatip gurah, karena gurah itu ’hanya’ bisa mengeluarkan lendirnya (itu-pun bisa jadi tidak 100%), tapi tidak menyembuhkan infeksinya.


Untuk saat ini, dokter-dokter THT yang piawai menangani kasus sinusitis dengan tanpa rasa sakit dan trauma adalah group-nya RS Cipto di Salemba sana. Kebetulan Pak dokter EP juga dulu praktik lama di sana. Ada juga dokter di Jakarta yang praktik THT, namanya inisial beliaunya dokter H, praktik pribadi di klinik di belakang Hotel T Salemba (mudah-mudahan dengan banyaknya Inisial, anda tidak bingung).

Beliaunya itu dokter spesialis THT yang bekerjasama dengan PT. FI (inisial apalagi ini?) yang juga dikenal banyak pengidap sinusitisnya, karena bekerja di ketinggian dan berdebu.

Semoga bermanfaat.

anton joedijanto.
Jakarta medio Juli 2008.

Perihal Grup Band; Marillion (Arsip tulisan saya, medio Maret 2008)


marillion.

Lagunya yang keren adalah Kayleigh. Saking nge-fans-nya saya sama marillion, maka lagu ini saya abadikan menjadi nama tengah anak perempuan saya.

Seingat saya dulu pada tahun 85-86 semua band sma di kota dimana saya menghabiskan masa remaja; Malang, pasti berusaha untuk nyanyikan lagu ini ketika ada inaugurasi atau perpisahan. Semacam lagu wajib.

Album-album mereka ketika Fish (Dereck W Dick) masih menjadi vokalis-nya adalah rangkaian dari cerita-cerita kehidupan, dengan tokoh-tokoh yang dipertemukan dalam setiap albumnya;

1. Script for the jester's tears, keluaran 1982, lagu-lagu andalan:
- yang judulnya sama dengan albumnya.
- he knows you know
- chelsea monday

2. Fugazi, keluaran 1983, lagu-lagu andalannya:
- Fugazi (where are the prophets? where are the missionaries?). Cerita ttg kelamnya dunia karena kriminalitas yang meningkat).
- Assasing (cerita pembantaian massal di India-Pakistan)
- Punch and Judy (mirip kisah drama Kuncung & Bawuk, jw).
- Incubus (...uuuuuuuaaaaahhhh...)

3. Misplaced childood, keluaran tahun1985. Album yang dikenal baik oleh penggemar di Indonesia, terutama Keyleigh dan Lavender, juga heart of lothian ( i was born with the heart of the lothian)

4. Clutching at straws, keluaran tahun 1987, dengan lagu-lagu andalan;
- Sugar Mice ('we just sugar mice in the rain...' ini lagu berupa jeritan hati seorang unemployee dan susahnya cari pekerjaan di Inggris sana. Sugar mice itu ternyata semacam makanan gula-gula. Kebayang kalo kena air hujan, pasti akan meleleh tak berdaya)
- white russian (where do we go from here?)
- slainthe math
- that time of the night
- warm wet circles (konon ada suara Tony Banks di situ ?)
- just for the record


Juga ada album kumpulan lagu-lagu single-nya yang bukan termasuk lagu bercerita dalam album-album itu yang dikemas dalam sebuah album singles, yaitu; Beside Them Selves, keluaran tahun 1982. Banyak lagu-lagu nyentrik di dalamnya macam;

- Market Square Heroes (melodi dalam lagu ini bisa jadi refleksi atas masa kecil Fish yang dilahirkan di Edinburg yang setiap taun-nya ada festival marching-band)
- Grendel (raksasa buruk rupa legenda rakyat Denmark)
- Lady Nina
- Cinderella Search
- Tic Tac Toe

Memang menurut kritikus musik, marillion yang dulu bernama silmarillion ini tidak bisa lepas dari bayang-bayang Genesis. Kadang malah ada beberapa lagu yang cengkok vokalnya Fish mirip banget dengan Peter Gabriel sang vokalis Genesis format klasik itu. Karakter vokal Fish sangat Scotich. Sayangnya marillion tidak begitu dikenal oleh publik Amrik, karena dinilai aneh dengan syairnya yang membingungkan.




Setelah live The Thieving Magpie (La Gazza ladra) tahun 1988 - dengan konser pembukaan arransemen dansa klasik Strauss -, Fish hengkang dari marillion dan bersolo karier dengan album pertamanya; Vigil In The Wilderness of Mirror (1989), dengan tembang andalan;
- Gentlemen Excuse Me
- The Big Wedge (dalam lagu ini Fish kritik keras Amrik yang selalu ingin menjadi The Big Wedge (pentungan besar) bahkan IMF dan CIA dianggapnya sama saja, yaitu; mau tau urusan orang lain)
- The Company

Kemudian Fish rilis album kedua tahun 1991, Song of The Mirror, yang berisikan lagu-lagu lama gubahan baru macam; The Boston Tea Party... dan ada satu lagunya Bob Dylan dan lagu genesis I know what i like yang digubah menjadi lebih nyentrik dengan dominansi gitarisnya yang baru; Frank Usher.

Tahun 1993, rilis album solo lagi yang berjudul, Internal Exile, dengan tembang-tembang andalan;
- Lucky
- Just good friend
- Credo
- Tongues
- Internal Exile... (yang ini lagunya Scotich banget)

Tahun 1995 Fish rilis album yang berisikan daur ulang lagu-lagu lama, baik lagunya dia maupun lagunya marillion, ada dua kompilasi Yin (warna gelap berisikan lagu-lagu 'gelap) dan Yang (warna putih berisikan lagu-lagu 'terang').

Dalam album ini ada juga lagu singles yang berjudul Raw Meat.

Tahun 1996 rilis lagi album (saya lupa judulnya) saya ingat satu lagunya Emperor Songs dan Brother 52.

Tahun 1999 rilis album Suits, tapi berisikan kebanyakan lagu lama cuman ada 2-3 lagu baru diantara 15-an lagu, seperti Mr. 1470 dan Bandwagon.

Nah tahun 2006 kemarin Fish rilis album kompilasi the best-nya ada 2 CD.

Menurut saya semua album tersebut layak dikoleksi, karena memang karakter vokalnya unik juga melodinya yang nyleneh-nyleneh. Juga syairnya yang suka bikin dahi berkerut dan alis hampir bersentuhan satu sama lain.

Kembali ke marillion. Sekeluarnya Fish, akhirnya marillion merekrut Steve Hograth. Memang terdapat beda karakter antara Fish dan Steve H.

Tapi menurut saya, karisma-nya lebih ada di Steve H yang justru membuat grup band ini lebih langgeng dan solid dengan personil yang tidak berubah sejak Ian Mosley gabung tahun 1983 (mulai album Fugazi).

Juga justru di era Steve H, marillion bisa mempertahankan pesonanya sebagai grup band sepanjang masa dengan penggemar yang unik dan tersebar seantero jagad.

Steve H lebih ke syair yang syahdu dan radha-radha nge-pop.

Beberapa album di era Steve H antara lain;
- Seasonds End, keluaran tahun 1989. Album ini menurut saya adalah album terbaik mereka di era Steve H, dengan tembang andalan macam; Season End, The Space, After you, Uninvited Guess.

- Hollidays In Eden, keluaran tahun 1991. Album ini berisi lagu-lagu yang sangat nge-pop dan enteng untuk didengar. Kesan aneh dan melodi rumit marillion-nya radha ilang. Lagu-lagu enteng dan ngepop antara lain; Dry Land, No One Can, Something waiting to happen

- Brave, keluaran tahun 1993. Album ini berisikan aransemen musik dan syair yang gelap, rumit tapi kualitas suaranya paling prima. Bener, lagu-lagu di album ini sangat pas di dengarkan diruangan yang gelap dan suara kencang. Nggak ada jeda antara lagu. Sambung terus sampai abis. Andalan lagunya adalah seri lagu; The Great Escape.

- Afraid of Sunrise, keluaran tahun 1995. Ibarat pepatah; habis gelap terbitlah terang, maka lagu-lagunya kembali ngepop tapi tidak sengepop album Hollidays In Eden, macam; Beautiful, Canibal Surf Babe, Afraid of Sunlight

- This Strange Machine, keluaran 1997. Mbalik ke format agak muram lagi, dengan lagu andalan; Estonia.

- Tahun 1999 - 2000 beberapa albumnya tidak beredar di Indonesia, macam marillion.com dan Radiation.... ya udah, bayangan saya pasti lagu-lagunya penuh permenungan dan rumit.

- Baru tahun 2001, produser rekaman Indonesia 'mengijinkan' melodi marillion diperdengarkan ke penggemarnya di Indonesia melalui album Anorakphobia. Album ini menurut saya terbaik kedua setelah Seasons End 1989, dengan tembang-tembang andalan; Quartz, This is the 21st century dan Map of the world.

Setelah vakum +- 4 tahun, mereka kemudian rilis album The Marbles, keluaran 2005. Sayangnya lagu-lagunya, menurut saya terlalu datar. Namun ada juga tembang-tembang andalan yaitu; You're gone dan Don't hurt yourself.

Pada tahun 2007 kemarin juga rilis album yang berjudul Somewhere Else. Untuk album ini saya belum sempat mendengarkan lantunan tembangnya. Lha wong harganya mahal dan say no to piracy. Saya masih nabung dulu untuk beli album itu. Mudah-mudahan masih ada di toko CD audio langganan saya.

Well, walaupun lagu-lagu marillion akhir-akhir ini menjadi datar, grup band ini masih memiliki fans-nya. Mungkin karena kharisma-nya atau arransemen melodi-nya yang sudah tidak ada lagi yang menawarkan di era musik MTV sekarang atau karena syairnya yang menarik untuk tetap direnungkan.

Demikian ulasannya untuk marillion.

regards,
anton joedijanto