Selasa, April 02, 2013

Kesepadanan Hukum Alam


Sejak ditemukannya pada kisaran pertengahan abad ke 19, sejalan dengan seru-serunya revolusi industri, maka keberadaan Benzene -baik manfaat maupun bahayanya- telah memengaruhi kehidupan manusia, yang kemudian dipelajari mulai saat itu hingga kini.

Siapa pernah menyangka sebelumnya bahwa senyawaan kimia yang diindikasikan pertamakali sebagai penyebab aroma khas tumbuhan –yang dari situ kemudian dikategorikan senyawaan aromatik- ini kemudian ditemukan menjadi senyawa yang sangat berbahaya bagi makhluk hidup jika diperlakukan untuk menjadi tidak alami.

Keberadaannya di bumi yang sangat berlimpah, menjadikan manusia mau tidak mau harus berurusan dengan senyawa kimia ini ketika melakukan rekayasa, sintesa dan olahan hasil bumi meliputi; sandang, pangan, obat-obatan, kosmetika, papan dan energi demi untuk kehidupan manusia agar lebih baik.

Dan ketika cara merekayasa, mensintesa dan mengolah hasil bumi ternyata justru merusak kondisi alami Benzene, maka senyawaan alami ini berubah menjadi senyawaan kimia yang mengancam jiwa makhluk hidup termasuk manusia dan lingkungan di bumi.

Struktur atom Benzene yang hexagonal dengan 3 ikatan karbon tak jenuhnya, menjadikan senyawa ini sangat reaktif, mampu menjadi media sintesis banyak produk dan mengeluarkan energi tinggi ketika dipicu pemecahan rantai ikatan kimianya dengan panas tinggi.

BTEX, Dioxin, PCB, Organochlorine, Pyrene, TNT adalah beberapa contoh senyawaan kimia berbahaya, ketika Benzene berubah wujud dari kondisi alaminya yang kalem menjadi garang mematikan manusia, bisa langsung sekejap seperti ledakan bom berdaya ledak tinggi, atau juga bisa perlahan karena memicu aktifitas sel kanker dalam tubuh.

Jadi, teknologi manusia saat ini sejak revolusi industri 250an tahun lalu yang digadang-gadang bisa menjadikan perikehidupannya menjadi lebih baik, ternyata belum bisa menghindari akan adanya ‘keliaran’ alam yang akan menjadi sangat pendendam ketika keelokan aslinya diganggu gugat.

Wujud balas dendam sang alam ini tidak sekedar yang kasat mata seperti bencana alam, namun juga perubahan-perubahan radikal senyawaan kimiawi melalui proses kimia yang bisa dibayangkan dan dituliskan dengan secarik kertas dan seujung pinsil, tanpa pernah melihat seperti apa lambang, huruf dan angka-angka itu sebenarnya berproses, saking kecilnya.

Dan seandainya dalam waktu dekat ini ditemukan teknologi yang ampuh untuk meredam kemarahan alam dalam skala atomik ini, jangan berlega hati dulu. Karena bisa jadi ditemukan reaksi-reaksi kimiawi baru yang merupakan serial dari ‘keliaran’ alam atas tidak pernah berhentinya sang manusia mengganggu keelokan alamiahnya. Mirip seperti Benzene yang ditemukan ramah, yang 250 tahun kemudian menjadi garang. Dan bisa jadi yang ditemukan nanti bukan Benzene, hanya ritme alur sejarah dendam liar alamnya yang mirip.

Kiranya bumi ini diciptakan dengan segala kesepadanan yang tergatung pada perilaku manusia terhadapnya. Alam menggunakan Benzene untuk menuntaskan dendamnya secara perlahan kepada manusia sepadan dengan polah manusia mengganggu gugat keelokan alam secara perlahan.

Dengan demikian, tuntunan agar berperilaku menghormati alam sebagai bagian untuk berperikehidupan yang tak terpisahkan bagi manusia diharapkan dapat menjadikan sang alam lebih merasa rela bahwa keberadaannya digunakan oleh manusia, tanpa merasa diganggu keelokannya.

Dan kuncinya adalah pengendalian diri manusia itu sendiri. Alam hanya mengikuti.

Anton Joedijanto
22 Oktober 2012