Selasa, Mei 05, 2009

Mekanisme Biokimia Sintesa Protein Sebagai Model Sinergi Organisasi.

Ringkasan Mekanisme Biokimia Sintesa Protein

Dalam sintesa protein, terdapat mekanisme penerjemahan kode genetika (kodon) asam amino sebagai gugus-gugus senyawaan kimia yang membentuk struktur kimia protein.

Kode genetika tersebut diatur oleh suatu struktur kima dalam inti sel bernama Deoksiribo Nucleic Acid (DNA) yang berfungsi untuk mengirim cetak biru asam amino yang harus disintesa di dalam bagian sel yang bernama badan ribosom.

Cetak biru kode genetika, berisikan susunan struktur kimia tertentu yang merupakan mata rantai dari gugus senyawaan Adenin, Timin, Sitosin, Guanin. Keempat komponen kimia tersebut berikatan satu sama lain, membentuk mata rantai gugus kimia asam amino dengan model tertentu yang merupakan kode asam amino jenis apa yang harus disintesa di dalam badan ribosom.

Selanjutnya, cetak biru yang berisikan kode genetik asam amino tersebut dikirimkan oleh suatu struktur kimia di dalam inti sel yang bernama Ribo Nucleic Acid (RNA) yang berfungsi sebagai messenger (pengirim kode), ke dalam badan ribosom guna dapat dikonfirmasi kode genetika sebagai cetak biru asam amino tersebut.

Di dalam badan ribosom, RNA-m memindahkan kode genetika kepada RNA-t yang berfungsi sebagai pentransfer (memindahkan kode) yang selanjutnya kode genetika tersebut ditransfer kepada RNA-d yang berfungsi sebagai penduplikat (menduplikasi kode).

Hasil duplikasi kode genetika asam amino tersebut selanjutnya dijadikan sebagai acuan untuk mensitesa protein yang berbasis gugusan asam-asam amino jenis tertentu, seperti; Valyne, Lysine, Serine, Alanyne, Glysine, Tyrosine, Phenilalanyne dan lain sebagainya.

Korelasi Mekanisme Sintesa Protein Dengan Sinergi Suatu Organisasi

Mekanisme biokimia dasar sintesa protein tersebut diatas, menginspirasi penulis untuk dapat dijadikan dasar model sinergi antar unit di dalam suatu Organisasi (terutama yang berorientasi profit) dengan unit-unitnya baik yang berada di wilayah Kantor Pusat maupun di Cabang-cabang-nya dalam berkinerja rutin.

Fungsi DNA sebagai pencetak kode genetika, direfleksikan sebagai fungsi Top Manajemen Organisasi (yaitu; Direksi) dalam menggagas konsep bisnis yang akan diterapkan untuk diraih sasarannya.

Fungsi RNA-m sebagai penerima kode genetika pertama dari DNA, direfleksikan sebagai fungsi Middle Manajemen Organisasi (yaitu; level Vice President, General Manager hingga Senior Manager) dalam menerjemahkan konsep bisnis kedalam suatu strategi tertentu baik yang bernuansa teknis maupun bisnis yang akan diimplementasikan dimana diantaranya memerlukan sinergi dengan unit-unit lainnya, baik antar Unit bisnis strategis, Divisi maupun Cabang.

Fungsi RNA-t sebagai pemindah kode genetika dari RNA-m, direfleksikan sebagai fungsi suatu unit yang dinilai mampu melakukan penerjemahan terhadap konsep bisnis yang dikemas dalam suatu matrikulasi program yang dapat diimplementasikan secara operasional. Unit tersebut menurut hemat penulis adalah kolaborasi antara unit Quality Assurance, Business Support dan Operasional suatu Unit bisnis strategis.

Fungsi RNA-d sebagai penduplikasi kode genetika dari RNA-t di dalam badan ribosom, direfleksikan sebagai fungsi manajemen di lokasi-lokasi kerja (yaitu; Kepala Cabang/Branch Manager, Manajer Regional, Manajer Site, Manajer Operasional, Site Manager, Business Support Manager) yang bekinerja rutin dalam menekuni bisnis rutin dalam skala kewenangan lingkup regional/area yang dimilikinya.

Dengan kata lain, badan ribosom di dalam sel, direfleksikan sebagai unit kerja yang mengimplementasikan strategi-strategi bisnis yang secara empirik digagas oleh manajemen Unit bisnis strategis melalui kolaborasi unit-unit Quality Assurance, Business Support dan Operasional.

Protein, yang merupakan kombinasi dari beberapa gugus asam amino di dalam ribosom, direfleksikan sebagai Profit yang akan dicapai dan dikelola oleh manajemen di lokasi-lokasi kerja, seperti; cabang, area, regional maupun site-site.

Dengan pertimbangan bahwa antara RNA-m dan RNA-t memiliki fungsi yang direfleksikan sebagai penerjemah dan penyusun strategis implementatif dari konsep bisnis empirik dari top manajemen suatu Organisasi, maka patut dipertimbangkan bahwa kedua lini fungsi tersebut difasilitasi oleh infrastruktur spesifik dalam melakukan penelitian dan pengembangan / research and development (R&D) guna dapat menentukan mekanisme implementatif yang proporsional dari strategi bisnis yang dirancang, untuk disampaikan kepada manajemen di lokasi-lokasi kerja.

Dalam penerapannya, penulis menggambarkan bahwa fungsi Unit strategis bisnis akan berfokus kegiatan pada kegiatan-kegiatan yang bersifat R&D, baik untuk lingkup teknis maupun non teknis.

Sedangkan lokasi-lokasi kerja, seperti Cabang, area, regional dan site, akan berfokus pada kegiatan-kegiatan yang bersifat implementatif hasil dari rancangan strategi teknis dan non teknis hasil R&D oleh Unit strategis bisnis tersebut di atas.

Dengan menerapkan model sinergi yang diinspirasi oleh mekanisme biokimia sintesa protein tersebut di atas, maka terdapat setidaknya 2 (dua) keuntungan yaitu;

o Kualitas produk telah melalui hasil penelitian dan pengembangan yang dikemas melalui mekanisme yang sistematis. Dengan demikian, fungsi pemasaran dan penjualan telah dipastikan memasarkan dan menjual produk dengan kualitas yang dikonfirmasi sejak awal.

o Dalam pengelolaan untung-rugi, maka potensi terjadinya proses pengkutuban profit antara Cabang/Regional/Area/Site dengan Unit strategis bisnis - dimana kedua fungsi tersebut memiliki domain dalam pengelolaan untung-rugi - dapat direduksi.

Merupakan gagasan yang menarik apabila mulai dipertimbangkan hasil-hasil R&D dalam skala yang bagaimana serta hasil implementasinya yang seperti apa di lokasi-lokasi kerja, yang kemudian dikorelasikan sebagai angka nominal apresiasinya.

Sehingga suatu Unit bisnis strategis penggagas konsep R&D akan mendapatkan profit dari hasil program dan/atau proyek R&D yang diterapkan oleh unit-unit kerja.

Dengan demikian, sinergi dengan pola yang proporsional dalam menggagas R&D dan penerapannya, sejatinya merupakan bagian dari pengejawantahan konsep Knowledge Management.

Dalam pandangan penulis, suatu organisasi yang memiliki komitmen tinggi untuk menerapkan Knowledge Management, merupakan suatu organisasi yang tidak saja mampu bersaing melainkan juga telah mengakomodir hak paling mendasar dari karyawan-karyawannya yaitu; berpikir, berargumen dan menggagas.

Bagaimana pembaca yang budiman, tertarik untuk merancang bagaimana menerapkannya ?

Salam,
Anton Joedijanto,
5 Mei 2009