Senin, Desember 26, 2011

Hantu Menara Saidah.

Kalo film hantu-hantuan nasional masih laku, maka saya mau bikin filem judulnya; Hantu Menara Saidah.


Begini alur ceritanya;


'Seorang profesional muda bernama Kromo (bukan nama sebenarnya), setiap petang melintas pulang kantor naik motor racing 150 cc melewati gedung Menara Saidah yang tidak berpenghuni itu.


Pada suatu petang habis maghrib, pas hari Jum'at (bukan hari sebenarnya), ketika kondisi jalanan macet disamping gedung itu, tak sengaja Kromo menengadah melihat cuaca langit dan lamat-lamat melihat ada bayangan di lantai 14-an gedung itu. Bayangan sesosok manusia yang seolah memperhatikan jalan raya yang macet.


Aneh pikirnya, karena dari seluruh lantai yang gelap, hanya di lantai itu yang terlihat bayangan jelas dengan cahaya temaram. Kromo pun tidak bisa tidur semalaman memikirkan bayangan itu.


Besok paginya, hari Sabtu (ini hari sebenarnya), Kromo nekat masuk ke gedung itu dan naik ke lantai 14-an lewat tangga. Karena gedungnya tidak terawat, maka banyak debu dan dokumen yang berserakan juga berbau apek.


Karena masih pagi, dia tidak menemukan jejak apapun di dalam ruangan yang dia yakin malam kemarin melihat bayangan itu. Mungkin bayangan ini munculnya pas petang hari. 'Ya sudah' pikirnya, dia menunggu sampai petang hanya berbekal sebungkus ting-ting jahe kesukaannya pemberian anak ibu kosnya yang bernama Sukesi (nama fiksi). 'Mau turun juga 14-an lantai, nanggung dari pada tambah ngos2-an', pikirnya lagi.


Detik demi detik berlalu, menit demi menit terlewat dan jam demi jam menjelang, maka petang pun mulai terasa dengan suasana aneh yang membuat berdiri bulu roma (Kromo sudah ditumbuhi banyak bulu karena umurnya 25-an taun).


Seiring dengan hembusan angin dingin yang aneh (AC dalam gedung gak nyala), mendadak Kromo dihadapkan dengan sosok yang mengerikan, mengambang, rambutnya gimbal, matanya memandang kosong, wajahnya miring memandang ke atas dan tangannya kering mengarah ke depan agak kebawah dengan jari jemari mencengkeram. Penuh debu pada tubuhnya yang berbalut kain kusam lusuh putih keabuan agak kuning sedikit kecoklatan dengan bintik-bintik kayak jamur di dalamnya, mulutnya mengaga tapi kayaknya giginya nggak utuh.


Sempat Kromo kaget tak alang kepalang, melonjak sambil berteriak '..eeE Jaran !'...(walaupun profesional muda bergaji Jakarta-an, tapi tetep dia ini orang urban dengan ungkapan kaget yang khas radha2 kampungan). Tapi Kromo memang tipe orang muda yang menanggung risiko demi keingin tahuan. Dia tak akan lama-lama kaget dan takut.


Setelah menata hatinya, butuh waktu yang agak lama untuk memulai bercengkerama dengan bayangan itu. Tapi hingga malam, dia tak berhasil. Bayangan itu tetap dalam posisi aneh tersebut di atas, nggak berubah. 'Mungkin dulunya ini orangnya yang teguh pendirian' pikir Kromo.


Karena sudah larut malam dan hanya makan permen jahe seharian, Kromo pun turun pulang meninggalkan bayangan itu sendirian dalam gedung ini. Tapi tetep, bayangan itu mengganggu pikiran Kromo.


Besoknya menjelang petang (sudah pasti hari Minggu), Kromo datang lagi. Nggak usah nunggu kaget, bayangan itu dengan posisi yang sama dia temui saat pertama kali. Kromo pun berkata dalam hati bahwa dia ingin tahu apakah bayangan itu sendirian dan mengapa tinggal di dalam gedung ini (banyak adegan tanpa dialog dalam film ini).


Rupanya bayangan itu, tau persis apa isi hati Kromo. Mendadak cahaya dalam ruangan berubah, sontak memancar cahaya dari mata bayangan itu yang menatap ke atas, ke plafon yang berwarna putih kusam.


Rupanya cahaya itu berisikan rangkaian gambar penjelasan bayangan itu, perihal pertanyaan-pertanyaan Kromo. Setiap dalam hati bertanya, bayangan itu menjelaskannya bak cerita film.


Karena rangkaian gambar bak film liwat LCD mengarah ke plafon, Kromo pun harus memosisikan dirinya tiduran menghadap ke plafon. Untung dia membawa bekal kripik gadung dan air mineral pemberian Sukesi (anak ibu kos ini naksir Kromo tapi bertepuk sebelah tangan).


Penonton film ini pun akhirnya melihat film dalam film, tapi film dalam film ini suasananya aneh, lebih surealis, kelam, mistis dan tidak beraturan tapi mengisahkan sesuatu yag runtut (kapok, bingung khan ?).


Bayangan itu ‘bercerita’ tentang dirinya, asal usulnya, kisah hidup dan cintanya hingga bagaimana dia mati (tetep tanpa dialog, hanya musik dan karakter wajah tokoh-tokohnya. Musiknya juga jarang dan bilamana perlu). Kisahnya pun bukan puluhan tahun belakangan, tapi ratusan tahun lampau dengan setting kerajaan Parahyangan dengan kehidupan sosialnya, dengan latar belakang alam yang elok sebelum tercemar lingkungan.


Sekali-kali Kromo melihat mimik wajah bayangan itu. Masih tetap sama dengan posisi wajah semula, nggak keliatan capek melotot dan menganga juga mengambang seperti itu. ‘Dasar hantu’ pikir Kromo.


Saat pikiran Kromo bertanya, mengapa kamu betah di gedung ini, sontak alur gambar berubah ke masa kini. Ya masa-masa ketika bayangan itu sengaja memilih Kromo untuk bertemu dengannya. Rupanya bayangan itu tau persis orang muda yang dipilihnya untuk menitipkan pesan itu adalah seorang Kromo. Sosok muda dinamis, wajah biasa bernilai 65-an dari skala 0-100, postur seimbang tapi tangan agak kepanjangan dikit, suka ngebut tapi patuh berlalu lintas, berpakaian kasual, celana denim dan bersepatu Dr. Martens.


Rupanya (lagi-lagi kok Rupanya, mbok sekali-kali Rupamu), dalam pesan film bayangan selanjutnya, Kromo mendapatkan gambaran akan ada percobaan pembunuhan salah seorang pemimpin negara pas berkunjung di Indonesia dalam rangka pertemuan bilateral internasional di pulau Bali.


‘Darimana hantu ini tahu akan ada peristiwa ini ?’ tanya Kromo tanpa terucap. Bayangan itu pun menjawab liwat pantulan sorot matanya, mengapa dia tahu akan hal ini, karena dia selama ini menghuni di lantai tinggi, jadi tahu apa-apa saja yang dipikirkan banyak orang di bawah sana.


Sepulang dari pertemuannya yang ketiga (termasuk saat melihat pertama hari Jum’at itu/bukan hari yang sebenarnya lho ya), pikiran Kromo berkecamuk, ada pergulatan hati di dalamnya (jelas tanpa dialog cuman musik / prog rock dan karakter wajah yang mendukung / ada keringat dingin yang menetes-netes); apakah dia yang diberikan petunjuk untuk menyelamatkan pemimpin negara itu seorang diri ? Karena tidak aka nada satu orang pun yang percaya, termasuk Sukesi yang saat Minggu malam itu memikirkan sarapan apa yang dibuat untuk bekal pujaannya; mas Kromo, besok hari.


Dia membaca beberapa koran dan majalah dan ternyata acara itu akan berlangsung 2 hari lagi (janji lho ya, ini tetep bukan kisah sebenarnya).


Singkat cerita, Kromo pun terlibat dalam rangkaian kisah aksi thriller suspense spionase untuk menyelamatkan seorang pemimpin negara seorang diri dan berhasil (biar penonton nggak kecewa, gitu).


Dan pada sesi kisah petualangan itu, Kromo berkenalan dengan seorang wartawati cantik yang juga memiliki intuisi yang sama. Orangnya memang cantik, menarik, charming, cerdas, seusiaan dengan Kromo. Cuman namanya yang nggak nahan; Mrawani…. byuh.


Alur cerita pun berganti dengan pergolakan batin yang dialami oleh Kromo, antara memilih Mrawani atau Sukesi yang bagaimanapun levelnya agak dibawah Mrawani, tapi Sukesi yang perhatian terhadap Kromo selama ini.


Ya, Sukesi itu tipe wanita yang agak tertutup dan cenderung muram. Istilahnya Sukesi itu bak komposisi gubahan Bethoveen, kalo Mrawani itu bak gubahannya Vivaldi…. (pada awal perkenalan kedua tokoh ini, dilatar belakangi irama music komposisi kedua composer itu).


Bagaimana kisah akhirnya ?.... Kromo akan berkrama dengan Sukesi atau Mrawani ? … atau keduanya ? (kemaruk)


Yang jelas, Kromo mendapatkan imbalan atas keberhasilannya menyelamatkan pemimpin negara dengan direnovasinya Menara Saidah dan tetap memberikan salah satu di ruang di lantai 14 sebagai tempat tinggal hantu itu, tanpa dirubah sekalipun, termasuk debu-debunya.


Dan hantunya tetep berposisi seperti sedia kala. Kalangan manufaktur boneka pun berlomba-lomba untuk mendapatkan ijin membuat miniatur potret hantu itu sebagai model mainan anak-anak, karena wajahnya yang menakutkan tapi nggak menakutkan (gimana ya, saya juga bingung nulisnya). Cool gitu.


Dan Kromo pun bercita-cita kelak untuk melangsungkan pernikahannya dengan satu diantara kedua gadis itu di Menara Saidah, tapi malam pertamanya jelas bukan di ruangan hantu itu.'


TAMAT


(Lengkap khan ceritanya, mulai horror, sejarah, suspense, spionase, drama percintaan, adegan hot yang nggak perlu disensor karena nggak terlalu hot)