Jumat, Maret 27, 2009

Petualangan Operasi Sinusitis

Begini (siap-siap baca lama dan kernyitkan dahi, karena juga akan dibubuhi alasan-alasan yang bernuansa mekanika kuantum);

Saya sebenarnya divonis untuk dioperasi sinusitis, itu pada medio April 2006 dari sebuah RS yang tekemuka di wilayah Bekasi Timur oleh seorang dokter THT yang sayangnya saya lupa namanya.

Keluhan yang saya alami waktu itu bukan berupa pusing berat, melainkan pusing ringan terutama setelah naik pesawat terbang (saya dulu khan sering perjalanan Jakarta – Timika). Selain itu keluhan saya adalah adanya aroma tidak sedap yang saya sendiri yang merasakan di sekitar hidung bagian dalam. Aromanya nya gimana ya nerjemahkannya. Pokoknya, istilah jawa-nya itu 'mak seng', demikian gambaran aromanya di rongga hidung saya.

Setelah dilakukan ronsen di wilayah THT di wajah saya, maka terlihat adanya indikasi sinusitis parah yang disebabkan oleh sesuatu puluhan tahun yang lalu. Tapi saya waktu itu memutuskan tidak mau dioperasi, karena kebetulan dokternya - menurut saya - tidak menunjukkan sikap yang empati (walaupun sebenarnya dokter itu dilarang berempati kepada pasiennya (masak dibilang operasi sinus itu operasi besar, sakit dan menimbulkan trauma). Waduh rek aku yo emoh nek koyo ngono.

Akhirnya saya tandatangani surat keberatan dioperasi di RS itu, tapi dokternya memberikan saya obat penahan nyeri in case saya melakukan perjalanan via udara dan beberapa obat antibiotik khusus penderita sinusitis, yaitu grup Levoflaxin merk Cravit 250 mg, in case kalo aroma tidak sedapnya itu kambuh.

Waktu pun berjalan sampai akhirnya pas tanggal 30 Desember 2007 habis ngajak jalan-jalan anak saya yang sulung di Taman Anggrek dan beli DVD live reuni grup band ASIA di Budokan, tiba-tiba pas pulang-nya serasa mata saya sebelah kanan (ini memang bagian rongga sinus saya yang bermasalah) terasa ada yang menarik-narik dan kepala sempat pusing.

Saya pun akhirnya minum panadol untuk menghilangkan rasa sakit dan malam harinya saya habiskan waktu baca novelnya Ahmad Tohari = Bekisar Merah, sampai tamat jam 4-an subuh.

Besoknya pas bangun pagi agak siangan habis baca novel, tiba-tiba kepala saya rasanya pusing berat tak tertahankan, terutama di sisi sebelah kanan dan rasanya mata sebelah kanan ini ada yang menarik ke dalam. Akhirnya tangan saya waktu itu harus pegangi wajah bagian kanan kalo harus berjalan….. wis jan ngelu-ne ora ilok.

Hampir seharian menjelang malam tahun baru 2008, saya hanya duduk-duduk dan tiduran dan hanya minum air putih saja, Nafsu makan hilang sama sekali. Istri saya sempat panik, tapi saya tidak ingin membuatnya bertambah panik dengan cara; saya berusaha menahan sakit. Lha gimana, mau taun baru-an kok malah panik.

Untuk mengurangi rasa sakit, saya minum panadol sampai 2 kaplet sekali minum. Lumayan, tapi selang 3-4 jam pusingnya dan rasa mata kanan ketarik ke dalam, kambuh lagi.

Jadi malam tahun baru 2008 kemarin praktis saya bergelut dengan pusing akibat infeksi sinusitis saya mencapai puncaknya, dengan rasa nyeri yang nyaris tiada tertahankan !

Anu, pembaca yang budiman,..... sssssttt..... bacanya jangan sambil ngowoh, gitu. Itu mulutnya jangan kebuka gitu donk.... mingkem dulu...mingkem dulu.....

Konon saya sempet pingsan selama 3-4 jam-an waktu setelah Subuh tanggal 1 Januari 2008. Juga sempat istri saya nangis karena katanya saya sempet pamitan...padahal saya nggak sadar sama sekali... mungkin kalo orang sudah berada diatas batasan tolerasi rasa sakit, akhirnya jadi nggak sadar seperti itu ya ?

Untungnya istri saya punya inisiatif nelpon tetangga saya yang dokter THT, nama inisialnya Pak EP. Lha ndilalahnya beliaunya juga sedang liburan bersama keluarga dan akan pulang besoknya, 2 Januari 2008. Waduch byunk ! (ini ungkapan yang lebih sakit dari 'aduh byung') masa nyeri-pun diperpanjang kontraknya di wajah saya di sebelah kanan ini.

Karena saya mulai terbiasa sakit, maka selama seharian hingga besok sorenya, saya nggak pake acara pingsan-pingsanan lagi. Istilahnya saya mulai bersahabat dengan rasa sakit itu, walaupun nggak akan bertahan untuk berlama-lama.

Habis Maghrib tanggal 2 Januari 2008, saya ke Pak dokter EP sambil bawa hasil ronsen di RS tersebut diatas hasil tahun kemarin.

Beliaunya bilang bahwa saya memang harus dioperasi, karena sudah berkategori dampak berat atas suatu infeksi. Penyebabnya bisa karena trauma fisik atau infeksi pada gigi geraham bagian atas.

Kategori operasinya ada dua, yaitu;
- Sinuskopi, bila belum terakumulasi menjadi padatan dalam rongga sinus, dimana rongga hidung dan sinus dimasukin selang kateter dan kotoran-kotoran di dalamnya akibat infeksi disedot keluar dan dibersihkan.
- Explorasi, bila sudah parah dan kotoran akibat infeksi menjadi padatan dalam rongga sinus. Istilah awamnya, hidungnya dikerok.

Waduh, saya sempat panik. Tapi Pak dokter EP meyakinkan saya bahwa dijamin tidak akan sakit karena akan dibius total, karena bila tidak memang pasti akan membuat trauma. Dan dijamin tidak akan ada luka bekas operasi atas hidung saya, karena memang ini bukan operasi bedah hidung supaya lebih mancung. OK itu, karena tadinya saya takut kalo hidung saya ini ketuker sama hidung model si Tukul.

Nah ini dia, suatu pendekatan empati yang - menurut saya - pas. Mungkin juga karena Pak dokter EP itu tetangga baik saya, jadi penjelasannya asyik-asyik saja di telinga saya. Atau mungkin waktu itu saya memang sudah pasrah di-apakan saja karena sudah 4 hari berkutat dengan rasa nyeri yang tak tertahankan tapi saya masih berusaha mencoba bertahan supaya tidak kelihatan oleh istri dan anak-anak saya pas tahun baru kemarin.

Saya memang belum kepikir untuk konsultasi dengan Pak dokter EP karena kebetulan beliaunya tidak praktik di RS rujukan perusahaan tempat saya bekerja. Tapi di RS di wilayah Bekasi Timur, tapi bukan yang RS tersebut di atas (paham 'khan ?).

Memang fasilitas RS-nya relatif dibawah RS terkemuka tersebut di atas, tapi yang penting sembuh pikir saya waktu itu.

Saya mulai menginap di RS di tempat Pak dokter EP praktik tanggal 3 Januari 2008. Ini pengalaman pertama bagi saya dirawat di RS. Seumur hidup baru sekarang saya menginap di RS sebagai pasien. Tahun-tahun kemarin saya memang menginap di rumah sakit, bukan sebagai pasien tapi menjaga istri saya yang mau melahirkan anak-anak saya yang lucu-lucu itu.

Dapat fasilitas VIP !, karena itu jatah saya menurut aturan perusahaan saya bila saya sakit. Jadi saya sempet mikir, seandainya ini VIP-nya RS Mitra Internasional atau RS Pondok Indah atau RS Bintaro International atau RS Siloam Karawaci atau RS Glen Igleas International Karawaci, maka pasti fasilitasnya lebih asyik lagi. Juga bergengsi, bisa buat cerita untuk tetangga kalo sembuh nanti.

Lha tapi ini khan urusan lagi sakit, masak ya mikir gengsi-gengsi-an. Lagi-an rumah saya khan di daerah Cibitung.

Sebelum besoknya dioperasi, hari itu saya dilakukan tes-tes laboratorium dan check up lengkap. Termasuk periksa gigi untuk memastikan penyebab infeksi sinusitis saya.

Setelah diperiksa melalui ronsen dan diperiksa kondisi gigi geligi saya, ternyata bukan dari kerusakan gigi yang akumulatif, kata dokter giginya (Ibu-ibu, saya lupa namanya). Akhirnya saya ingat kejadian 25 tahun yang lalu, tahun 83, saya pernah trauma di wilayah wajah sebelah kanan karena terkena tendangan akibat telat nangkis waktu ada pertandingan silat Perisai Diri di Malang. Waktu itu saya masih kelas 2 smp. Waktu itu memang sempat bengkak dan biru-biru selama 2 minggu-an, tapi oleh dokter waktu itu tidak dirujuk untuk periksa kondisi THT. Jadi inilah penyebabnya, sehingga 25 tahun kemudian, pendarahan dalam yang saya alami menjadi mengeras dan mengganggu sirkulasi / tekanan udara di dalam rongga sinus yang saya miliki.

Pantesan, selama ini kalo habis pilek, rasanya pusing di wilayah wajah bagian depan. Apalagi kalo pas sujud waktu sholat..... nyerinya nggak nahan. Seringkali pusing di bagian kening dan kalo sudah ada bunyi mak ’krek’, baru berangsur pusingnya ilang.

Saya mulai dioperasi pada pukul 17:30 WIB tanggal 4 Januari 2008...kalo nggak salah hari Jum’at. Dokter spesialisnya ada dua, yaitu THT dan Anaestesi.

Keberadaan dokter spesialis anaestaesi itu sangat penting. Karena memang dalam praktik operasi, ternyata kecelakaan seringkali bukan karena sewaktu operasi, melainkan senyawaan kimia anaestesi yang disuntikkan kepada pasien yang bisa jadi tidak sesuai dengan kondisinya. Makanya beberapa hari sebelum operasi dilakukan check up lengkap guna data/diagnosa bagi dokter anaestesinya.

Kalo akan dioperasi oleh pihak RS, maka pastikan harus ada dokter khusus/spesialis anaestesinya. Karena ternyata, proses anaestesi itu titik paling kritis. Kalo proses ini gagal, maka sang pasien-pun bisa terancam akan terteleportasi ke dimensi yang bukan dimensi di mana bumi dan segala isinya ini berada.

Saya sempet diwanti-wanti bahwa dampak anaestesi itu bisa 2-3 hari-an, tergantung berat tubuh. Nah untuk tubuh saya yang tidak bisa dibilang kurus kering ini, maka bisa jadi efeknya akan terasa 3 hari-an mendatang, karena lemak akan menghalangi senyawaan anaestesi untuk terurai lebih lanjut.

Saya juga balik nanya, kira-kira dampaknya apa. Dijawab perasaan melayang. Saya jawab kalo saya seneng itu, karena bisa sambil dengerin musik jenis rock alternatif model Pink Floyd. Lha daripada beli heroin atau sebangsanya. Dokternya ketawa.

Hari itu juga hari pertama saya diperlakukan sebagai pasien yang dioperasi. Riwayat saya dioperasi dalam pengertian hilangnya salah satu jaringan dalam tubuh saya yaitu tahun 82 pas gunung Galunggung meletus. Waktu itu saya di-sunat.

Sempet grogi saya ketika akan masuk ruang operasi yang bersuhu dingin itu. Istri dan anak sulung saya nunggu di luar sambil kembeng-kembeng mau nangis. Saya bilang tenang saja, ini baru di hidung bukan bagian yang lain.

Dalam ruangan operasi, sudah ada 4 orang.... semua ramah-ramah..... ada beberapa kemungkinan kenapa semuanya ramah;
1. karena memang sudah merupakan layanan dengan keramahtamahan dan senyum standard
2. karena saya pasien kelas VIP
3. karena Pak dokter EP itu tetangga baik saya
4. orang-orang seneng ngeliat saya yang juga bersikap ramah, tidak tegang seperti kebanyakan orang yang mau di operasi. Hal ini adalah salah satu nilai positif bahwa saya bertekad untuk tidak takut dioperasi, karena saya memang pernah dioperasi beberapa puluh tahun yang lalu, yaitu = di-sunat.

Singkat cerita, saya tidak ingat apa-apa lagi setelah dokter anaestesi yang juga berisisial A itu menyuntikkan senyawaan anaestesi. Perasaan saya selama 5-menitan berada di ruangan serba putih. Sangat-sangat putih, tanpa merasakan apa-pun. Tidak sedikitpun rasa sakit yang saya rasakan selama ’5 menit’ itu !

....sik...sik.....sik...... Pembaca yang baik, itu bacanya kok mulutnya masih terbuka lagi.... mingkem dulu...mingkem dulu.....mak hmmm.

Setelah merasakan '5 menit' dalam cahaya serba putih, saya disadarkan oleh teriakan keras = "sudah Pak Anton, bangun-banguuunnn..."

Sejenak pandangan saya kabur dan tubuh rasanya lemas sekali. Mengangkat tangan saya susah. Saya menoleh, istri saya sudah pegangi tangan saya, sambil nangis. Juga anak saya yang sulung. Saya mau bilang ’sudah beres, Alhamdulillah’.... tapi kok rasanya susah dan aneh.... Oalah ternyata hidung saya sudah dibungkus dan dimasuki kateter udara bantu pernapasan.

Saya dalam posisi tidur di tempat tidur khusus yang beroda.

Saya sempet paksa nyalamin orang-orang RS yang saya temui di dalam ruangan, tapi pandangan masih belum jelas.

Saya dipindah ke ruangan opname. Diberi minum, karena saya merasa sangat haus. Saya sempat liat jam, ternyata sudah pukul 8 malam kurang 1/4.

Saya tanya dokter, tadi operasinya berapa jam ?..... dokter bilang hampir 2 jam..... jadi waktu relatif ’5 menit’ dalam kondisi melayang tadi, ternyata adalah 2 jam waktu kondisi normal..... itulah dilatasi waktu ala mekanika kuantum. Ternyata waktu itu akan menjadi relatif tergantung pada kondisi fisik dan perasaan-sanubari kita juga.

Semalaman saya tidur sendirian. Istri dan anak, juga beberapa tetangga saya ada yang menawarkan untuk menemani saya, tapi saya minta mereka pulang saja. Karena pasti kru RS mau bantu kalo ada apa-apa, tinggal mencet bel. Ada beberapa alasan, kenapa saya minta mereka pulang :

1. karena istri saya masih menyusui anak saya yang ke 4.
2. karena saya nggak ingin merepotkan tetangga saya. Mereka juga punya kewajiban untuk menjaga anak-istrinya di rumah.
3. karena saya memang ingin merasakan bagaimana rasanya dirawat di sebuah RS dengan fasilitas VIP, sendirian.

Habis itu saya cuman tidur dan tidur.... jam 2 an pagi sempat bangun, untuk minta minum sama suster..... minum aja susah, karena ada kateter dan hidung saya dibungkus juga saya merasakan rongga hidung saya sangat buntu, sehingga harus bernafas liwat mulut.

Besok pagi-nya sekitar pukul 7 pagi, saya dibangunkan oleh suster jaga.

"Pak, biar seger, Bapak saya lap ya ?" tanyanya dengan ramah.

Wah di-lap ?... memangnya saya meja pikir saya.

Belum sempat saya menjawab, suster itu sudah mulai melepas baju saya..... dan saya mulai di-lap / di-sibin pake lap yang dicelup-peras dalam air hangat. Segar tentunya.

Sambil menjalankan pekerjaannya, suster itu juga bercerita tentang sinusitis. Dia bilang bahwa memang benar, sinusitis harus dioperasi seperti saya, supaya tidak kambuh lagi.......

Mulai-lah celana rumah sakit yang saya kenakan dilepas oleh suster itu, dengan tanpa perasaan canggung sama sekali. Sebagai lelaki normal, saya sempat mikir agak nakal; 'wah seandainya ini dalam keadaan sembuh, segar-bugar, maka apa yang akan terjadi ?...'

Pas saya nanya apakah suster itu sudah berkeluarga, dia menjawab sudah dan suaminya anggota TNI angkatan udara....NAH LO ! wis kapok koen 'Ton !

... pantesan pikir saya... kok nggak canggung menghadapi pasien yang tidak berdaya seperti saya hari itu.

Seharian itu, saya susah untuk makan, padahal terus merasa lapar (mungkin ini juga dampak dari senyawaan anaestesi itu). Susah karena mulut saya susah untuk mengunyah makanan karena hidung saya terasa sesak dan terbungkus. Siang hari istri dan anak sulung saya nengok sampai sore.

Orang-orang kantor nggak ada yang tau, karena tidak saya kabar-i. Padahal saya baru sadar, kalo orang yang sakit/dirawat inap, akan merasa nyaman bila ditengok. Paling tidak sebagai sugesti bagi yang bersangkutan untuk bisa segera sembuh.

Besok pagi-nya, saya nggak mau di-sibin oleh suster, karena memang tidak ada alasan bagi saya untuk di-sibin, wong saya sudah bisa jalan sendiri ke kamar mandi kok.....

Sore harinya Pak dokter EP mulai membuka bungkus hidung saya...... radha ngeri saya pas dibuka..... ternyata di dalam hidung saya ada selang ukuran +- ½ cm panjang 5 senti-an dan beberapa kapas di dalamnya...... saya pikir sudah selesai..... ternyata Pak dokter EP masih menyuruh saya menahan nyeri, karena akan mencabut tampon di dalam hidung saya..... ya udah deh ... saya melek merem menahan nyeri ketika Pak Eddy dibantu suster menarik tali tampon dalam rongga hidung saya. Panjang banget, ada kalo 1 meter-an !

Hidung sebelah kiri sudah bebas tampon....saya lega....

Tapi ternyata batal ! karena di hidung yang sebelah kanan juga masih tersisa tampon.... waduh ’rek.... penderitaan nyeri belum berakhir… tampon yang tersimpan di rongga hidung sebelah kanan harus dicabut. Ritual seperti sebelumnya pun terjadi... nyeri campir geli dihidung dan ngeri jadi satu...... jadi total tampon di kedua hidung adalah 2 meter !

.....eits... Pembaca, itu mulutnya ditutup.... mingkem dulu... mingkem kayak Megawati.

Nafas jadi lega sekarang, sudah bisa liwat hidung. Tapi harus hati-hati, kalo bisa jangan bersin liwat hidung.

Makan dan minum juga terasa lebih enak. Malam itu saya pilih masakan rumah yang dibawa oleh istri saya sore harinya. Seingat saya sambel goreng tempe dan paru goreng kesukaan saya. Tapi makan harus tetap pelan-pelan.... sebenarnya saya nggak suka cara makan terlalu pelan, tapi salah satu alasannya demi menunjukkan sebagai orang yang sedang dirawat inap.

Malamnya, sebelum tidur rupanya ada pergantian suster, bukan suster yang juga anggota ibu-ibu Dharmapertiwi TNI AU yang kemarin, tapi yang lebih muda, menurut saya. Saya sempat ngobrol-ngobrol dengan suster muda itu.

Waktu saya diminta untuk tidur dan diinjeksi obat antibiotik, eh... suster itu bilang; "Pak, lain kali ketemunya jangan di RS... di mall aja"... sambil senyum-senyum.....

Wah fenomena apa lagi ini ?!....padahal selama ini saya punya persepsi bahwa suster itu galak, judes dan sangat berpotensi menjadi hantu, seperti judul film horor buatan Indonesia yang berjudul : Suster ’N’ (DVD bajakannya laku di terminal UKI).....

Waktu itu, saya cuman mikir, seandainya yang nge-lap saya kemarin itu suster yang ini, pasti dia langsung ngajak nonton bioskop (lho apa hubungannya?)

Ada beberapa kemungkinan yang saysa asumsikan kenapa suster muda itu ngajak saya ketemuan di mall, yaitu ;

1. saya dinilai sebagai orang golongan the have atau paling tidak pejabat penting suatu instansi tertentu, karena menginap di ruang VIP.
2. suster muda itu ingat salah satu seleb tanah air yang entah siapa dia, ketika melihat wajah saya, atau
3. suster muda itu memang belum pernah ke mall sama sekali, hanya tau kalo mall itu tempat orang jalan-jalan.

Besoknya, tanggal 7 Januari 2008 saya diijinkan pulang dan saya disarankan untuk tidak konsumsi es dan sea food. Untungnya sea food, bukan tempe dan paru goreng. Juga diminta untuk kenakan masker dalam waktu 2-3 bulan. Tapi sampai saat ini saya masih enjoy menggunakan masker anti debu ketika perjalanan ke kantor/Jakarta. Pertama-tama orang melihat saya aneh, lama-lama sekarang saya lihat mulai banyak yang menggunakan masker yang berwarna luar hijau itu kalo sedang jalan-jalan di Jakarta dan sekitarnya, terutama di daerah yang high polluted.

Setelah memberi oleh-oleh buat suster-suster yang menjaga saya selama dirawat (termasuk suster yang ngajak ketemuan di mall itu), saya ke kasir. Jumlah yang kuitansi yang saya tandatangani adalah 14 Juta-an, termasuk rawat inap, pengobatan, operasi dan fasilitas kamar. Untungnya sudah ditanggung kantor. Itungan saya, selama 14 tahun bekerja di perusahaan ini, baru sekarang saya dirawat di RS. Jadi itungannya selama setahun saya nabung 1 Juta untuk biaya RS.

Khusus untuk operasinya sendiri seingat saya 5 Juta-an (rupiah, bukan dollar).

Setelah tandatangani kuitansi, saya dan istri pulang.

Dan bener, selama 2-3 hari selanjutnya saya pun masih merasa melayang. Artinya, senyawaan anaestesi itu lebih lama mengendap di tubuh saya hingga 3 hari setelah 3 hari waktu operasi dilakukan. Ada beberapa kemungkinan;

1. bisa jadi dosisnya yang berlebih sedikit.
2. mungkin saya tidak terbiasa konsumsi obat-obatan jenis anaestesi, karena saya memang bukan konsumen narkoba.
3. mungkin saya yang kelebihan berat badan.... tapi nggak juga karena keluar dari RS badan saya turun sampai 5 kiloan (gram).

Kemudian, selama 1 bulanan setelah operasi, saya mengikuti program terapi fisik di RS, setiap hari Rabu dan Sabtu, untuk mengeringkan rongga hidung saya dan memeriksan serta mencegah supaya tidak ada infeksi lanjutan pasca operasi.

Demikian ceritanya.

Jadi, Pembaca yang budiman, kalo ada orang-orang terdekat yang mengalami keluhan seperti yang saya ceritakan di atas, atau barangkali pas deket-deketan / lagi ’yhang-yhang'-an tiba-tiba/ujug-ujug/dhumadhakan mak ’seng’ mencium aroma yang kurang sedang di sekitar hidung yayang-nya, maka sebaiknya segera dikonsultasikan ke dokter THT.

Jangan sekali-kali nekat pengobatan alternatip gurah, karena gurah itu ’hanya’ bisa mengeluarkan lendirnya (itu-pun bisa jadi tidak 100%), tapi tidak menyembuhkan infeksinya.


Untuk saat ini, dokter-dokter THT yang piawai menangani kasus sinusitis dengan tanpa rasa sakit dan trauma adalah group-nya RS Cipto di Salemba sana. Kebetulan Pak dokter EP juga dulu praktik lama di sana. Ada juga dokter di Jakarta yang praktik THT, namanya inisial beliaunya dokter H, praktik pribadi di klinik di belakang Hotel T Salemba (mudah-mudahan dengan banyaknya Inisial, anda tidak bingung).

Beliaunya itu dokter spesialis THT yang bekerjasama dengan PT. FI (inisial apalagi ini?) yang juga dikenal banyak pengidap sinusitisnya, karena bekerja di ketinggian dan berdebu.

Semoga bermanfaat.

anton joedijanto.
Jakarta medio Juli 2008.

Perihal Grup Band; Marillion (Arsip tulisan saya, medio Maret 2008)


marillion.

Lagunya yang keren adalah Kayleigh. Saking nge-fans-nya saya sama marillion, maka lagu ini saya abadikan menjadi nama tengah anak perempuan saya.

Seingat saya dulu pada tahun 85-86 semua band sma di kota dimana saya menghabiskan masa remaja; Malang, pasti berusaha untuk nyanyikan lagu ini ketika ada inaugurasi atau perpisahan. Semacam lagu wajib.

Album-album mereka ketika Fish (Dereck W Dick) masih menjadi vokalis-nya adalah rangkaian dari cerita-cerita kehidupan, dengan tokoh-tokoh yang dipertemukan dalam setiap albumnya;

1. Script for the jester's tears, keluaran 1982, lagu-lagu andalan:
- yang judulnya sama dengan albumnya.
- he knows you know
- chelsea monday

2. Fugazi, keluaran 1983, lagu-lagu andalannya:
- Fugazi (where are the prophets? where are the missionaries?). Cerita ttg kelamnya dunia karena kriminalitas yang meningkat).
- Assasing (cerita pembantaian massal di India-Pakistan)
- Punch and Judy (mirip kisah drama Kuncung & Bawuk, jw).
- Incubus (...uuuuuuuaaaaahhhh...)

3. Misplaced childood, keluaran tahun1985. Album yang dikenal baik oleh penggemar di Indonesia, terutama Keyleigh dan Lavender, juga heart of lothian ( i was born with the heart of the lothian)

4. Clutching at straws, keluaran tahun 1987, dengan lagu-lagu andalan;
- Sugar Mice ('we just sugar mice in the rain...' ini lagu berupa jeritan hati seorang unemployee dan susahnya cari pekerjaan di Inggris sana. Sugar mice itu ternyata semacam makanan gula-gula. Kebayang kalo kena air hujan, pasti akan meleleh tak berdaya)
- white russian (where do we go from here?)
- slainthe math
- that time of the night
- warm wet circles (konon ada suara Tony Banks di situ ?)
- just for the record


Juga ada album kumpulan lagu-lagu single-nya yang bukan termasuk lagu bercerita dalam album-album itu yang dikemas dalam sebuah album singles, yaitu; Beside Them Selves, keluaran tahun 1982. Banyak lagu-lagu nyentrik di dalamnya macam;

- Market Square Heroes (melodi dalam lagu ini bisa jadi refleksi atas masa kecil Fish yang dilahirkan di Edinburg yang setiap taun-nya ada festival marching-band)
- Grendel (raksasa buruk rupa legenda rakyat Denmark)
- Lady Nina
- Cinderella Search
- Tic Tac Toe

Memang menurut kritikus musik, marillion yang dulu bernama silmarillion ini tidak bisa lepas dari bayang-bayang Genesis. Kadang malah ada beberapa lagu yang cengkok vokalnya Fish mirip banget dengan Peter Gabriel sang vokalis Genesis format klasik itu. Karakter vokal Fish sangat Scotich. Sayangnya marillion tidak begitu dikenal oleh publik Amrik, karena dinilai aneh dengan syairnya yang membingungkan.




Setelah live The Thieving Magpie (La Gazza ladra) tahun 1988 - dengan konser pembukaan arransemen dansa klasik Strauss -, Fish hengkang dari marillion dan bersolo karier dengan album pertamanya; Vigil In The Wilderness of Mirror (1989), dengan tembang andalan;
- Gentlemen Excuse Me
- The Big Wedge (dalam lagu ini Fish kritik keras Amrik yang selalu ingin menjadi The Big Wedge (pentungan besar) bahkan IMF dan CIA dianggapnya sama saja, yaitu; mau tau urusan orang lain)
- The Company

Kemudian Fish rilis album kedua tahun 1991, Song of The Mirror, yang berisikan lagu-lagu lama gubahan baru macam; The Boston Tea Party... dan ada satu lagunya Bob Dylan dan lagu genesis I know what i like yang digubah menjadi lebih nyentrik dengan dominansi gitarisnya yang baru; Frank Usher.

Tahun 1993, rilis album solo lagi yang berjudul, Internal Exile, dengan tembang-tembang andalan;
- Lucky
- Just good friend
- Credo
- Tongues
- Internal Exile... (yang ini lagunya Scotich banget)

Tahun 1995 Fish rilis album yang berisikan daur ulang lagu-lagu lama, baik lagunya dia maupun lagunya marillion, ada dua kompilasi Yin (warna gelap berisikan lagu-lagu 'gelap) dan Yang (warna putih berisikan lagu-lagu 'terang').

Dalam album ini ada juga lagu singles yang berjudul Raw Meat.

Tahun 1996 rilis lagi album (saya lupa judulnya) saya ingat satu lagunya Emperor Songs dan Brother 52.

Tahun 1999 rilis album Suits, tapi berisikan kebanyakan lagu lama cuman ada 2-3 lagu baru diantara 15-an lagu, seperti Mr. 1470 dan Bandwagon.

Nah tahun 2006 kemarin Fish rilis album kompilasi the best-nya ada 2 CD.

Menurut saya semua album tersebut layak dikoleksi, karena memang karakter vokalnya unik juga melodinya yang nyleneh-nyleneh. Juga syairnya yang suka bikin dahi berkerut dan alis hampir bersentuhan satu sama lain.

Kembali ke marillion. Sekeluarnya Fish, akhirnya marillion merekrut Steve Hograth. Memang terdapat beda karakter antara Fish dan Steve H.

Tapi menurut saya, karisma-nya lebih ada di Steve H yang justru membuat grup band ini lebih langgeng dan solid dengan personil yang tidak berubah sejak Ian Mosley gabung tahun 1983 (mulai album Fugazi).

Juga justru di era Steve H, marillion bisa mempertahankan pesonanya sebagai grup band sepanjang masa dengan penggemar yang unik dan tersebar seantero jagad.

Steve H lebih ke syair yang syahdu dan radha-radha nge-pop.

Beberapa album di era Steve H antara lain;
- Seasonds End, keluaran tahun 1989. Album ini menurut saya adalah album terbaik mereka di era Steve H, dengan tembang andalan macam; Season End, The Space, After you, Uninvited Guess.

- Hollidays In Eden, keluaran tahun 1991. Album ini berisi lagu-lagu yang sangat nge-pop dan enteng untuk didengar. Kesan aneh dan melodi rumit marillion-nya radha ilang. Lagu-lagu enteng dan ngepop antara lain; Dry Land, No One Can, Something waiting to happen

- Brave, keluaran tahun 1993. Album ini berisikan aransemen musik dan syair yang gelap, rumit tapi kualitas suaranya paling prima. Bener, lagu-lagu di album ini sangat pas di dengarkan diruangan yang gelap dan suara kencang. Nggak ada jeda antara lagu. Sambung terus sampai abis. Andalan lagunya adalah seri lagu; The Great Escape.

- Afraid of Sunrise, keluaran tahun 1995. Ibarat pepatah; habis gelap terbitlah terang, maka lagu-lagunya kembali ngepop tapi tidak sengepop album Hollidays In Eden, macam; Beautiful, Canibal Surf Babe, Afraid of Sunlight

- This Strange Machine, keluaran 1997. Mbalik ke format agak muram lagi, dengan lagu andalan; Estonia.

- Tahun 1999 - 2000 beberapa albumnya tidak beredar di Indonesia, macam marillion.com dan Radiation.... ya udah, bayangan saya pasti lagu-lagunya penuh permenungan dan rumit.

- Baru tahun 2001, produser rekaman Indonesia 'mengijinkan' melodi marillion diperdengarkan ke penggemarnya di Indonesia melalui album Anorakphobia. Album ini menurut saya terbaik kedua setelah Seasons End 1989, dengan tembang-tembang andalan; Quartz, This is the 21st century dan Map of the world.

Setelah vakum +- 4 tahun, mereka kemudian rilis album The Marbles, keluaran 2005. Sayangnya lagu-lagunya, menurut saya terlalu datar. Namun ada juga tembang-tembang andalan yaitu; You're gone dan Don't hurt yourself.

Pada tahun 2007 kemarin juga rilis album yang berjudul Somewhere Else. Untuk album ini saya belum sempat mendengarkan lantunan tembangnya. Lha wong harganya mahal dan say no to piracy. Saya masih nabung dulu untuk beli album itu. Mudah-mudahan masih ada di toko CD audio langganan saya.

Well, walaupun lagu-lagu marillion akhir-akhir ini menjadi datar, grup band ini masih memiliki fans-nya. Mungkin karena kharisma-nya atau arransemen melodi-nya yang sudah tidak ada lagi yang menawarkan di era musik MTV sekarang atau karena syairnya yang menarik untuk tetap direnungkan.

Demikian ulasannya untuk marillion.

regards,
anton joedijanto

Selasa, Januari 27, 2009

'Cerita Tentang Kentut.'

Saya mencoba untuk mengulas menariknya fenomena kentut, berkentut dan beberapa hal yang mungkin menarik untuk diketahui walaupun sebelumnya mungkin tidak menarik sama sekali.... bahkan mendengarkannya pun enggan.

Begini, kisaran 2 tahun yang lalu ketika sedang jadwal boarding di ruang tunggu bandara Cengkareng, saya duduk bersebelahan dengan seorang pria paruh baya yang saya yakin bukan orang kita, tapi bisa jadi orang Jepang.

Orang itu asyik membaca buku yang saya yakin sebuah novel karena ukurannya sebesar rata-rata buku novel.

Nggak berapa lama setelah kami berdiam diri dengan kesibukan masing-masing (saya asyik kirim-kiriman sms... yang pasti bukan untuk ulasan perihal kentut)... tiba-tiba dia memiringkan badannya berlawanan arah dengan sisi saya yang artinya memiringkan pantatnya ke arah tempat saya duduk daaaann.... timbul bunyi mak 'prootth' ... rupanya dia kentut dengan seksama, ke arah saya !

Saya sempet mau tersinggung... saya liat dia... tapi demi melihat ketekunannya dia baca novel itu dan saya liat orangnya terpelajar.... saya jadi urung tersinggung.... dan yang penting kentutnya ternyata tidak memberikan dampak nyata berupa bau yang tidak sedap.

Saya harus balas !... bener nggak lebih dari 10 menit saya konsentrasikan diri (sambil tetap berlagak kirim sms) untuk bisa mengolah chemistry dalam lambung dan usus saya untuk menghasilkan gas yang bisa diledakkan dalam bentuk kentut melalui mekanisme yang sedikit dipaksakan....

Benar... saya pun mulai meniru yang dia lakukan 10 menit yang lalu terhadap saya. Tapi karena mungkin ini tipe kentut yang tidak rela, maka bunyinya pun berkesan malu-malu.... mak 'tiuuuuuttt'... dan dijamin tidak berbau, karena saya yakin tidak sedang kebelet dan memang bukan penggemar makanan yang menyebabkan kentut saya bau... istilahnya saya ini mungkin tipe orang penghasil kentut yang elite... nggak norak.

Poin-nya bukan itu.... saya nunggu reaksi dia.... dan ternyata dia nggak bergeming !!! padahal saya yakin dia bukan orang yang tuli. Demi mendengar suara kentut saya yang radha-radha aduhai itu, ternyata dia tetep tekun membaca novelnya dengan seksama... mungkin dia baca buku tentang ; Uji Coba Reaksi Orang Ketika Kita Sedang Kentut.

Ya udah satu sama, pikir saya.... dan yang penting aksi saling balas kentut ini tidak menimbulkan prahara yang tidak perlu di ruang tunggu bandara Internasional ini.

Dari kejadian itu saya jadi mikir..... Ooooo berarti memang ada penyadaran dari orang sana bahwa berhajat kentut itu merupakan kebutuhan biologis yang tidak bisa dihindari oleh manusia siapa-pun dia dan bila perlu tidak usah ditahan, asal tidak membuat bising pendengarnya dan tidak membuat mabuk bagi yang mencium aroma tak terkendalinya....

Juga saya pernah punya kenalan orang Kanada, ketika kerja bareng di suatu lokasi remote di Kalimantan sana, pernah dia bilang kalo saya nggak perlu malu-malu kalo mau kentut.... kentut saja karena itu bisa membuat perut lega.... tapi dia sangat nggak setuju kalo ada orang tidak bisa menahan sendawa (glegek-en, jw) .. dia bilang itu seperti babi...

Waduh sempat bingung saya karena;

-pertama saya barusan mendapatkan kebebasan baru yang belum saya peroleh dari komunitas orang kita..... yaitu bebas kentut asal tidak bising dan tidak bau (wah untuk ukuran orang yang konsumsinya 4 sehat 5 sempurna plus sambel-2an pasti ini susah !). Repotnya justru dengan kebebasan yang diberikan oleh orang Kanada ini, malah saya tidak bisa kentut berhari-hari !

-kedua saya jadi mikir bagaimana caranya untuk tidak bersendawa sehabis makan.... maklum menu makanan orang kita memang sangat memungkinkan kita untuk bersendawa sehabis makan... selain juga kebiasaan kita yang cenderung harus merasa kenyang baru berhenti makan... bukan cukupkan makan supaya nanti merasa kenyang... dan ternyata pesan moral agar orang tidak bersendawa sembarangan memang bagus, yaitu kita dianjurkan untuk mencukupkan makan.

Jadi demikian... kembali ke urusan kentut. Sebagai tambahan lagi, bahwa jenis kentut juga berbeda-beda yang -menurut saya- bisa dikategorikan menjadi 2 kelompok utama;

1. Jenis kentut yang bertipe suara kencang (biasanya berbunyi mak 'thooooott'..atau..mak 'brhooott'... atau mak 'zzrrhhoongngng'), namun tidak menimbulkan bau yang signifikan.... ini biasanya dimiliki oleh orang-orang yang berkategori nothing too lose... enjoy the living... apa adanya.... dan menyatu dengan alam terbuka (down to earth). Dan cenderung dimiliki oleh kalangan wong cilik, karena memang keterbatasannya untuk mendapatkan kesempatan mengkonsumsi rupa-rupa makanan yang menjadi penyebab kentut menjadi bau...

2. Jenis kentut yang bertipe suara halus bahkan tidak terdengar, namun menimbulkan bau yang bisa membuat kecoa pingsan (biasanya berbunyi mak 'theessss' atau malah cuman mak 'ssttttt' dan paling banter paling cuman mak 'pheq !' kayak suara kodok ke-injek)..... ini biasanya dimiliki oleh orang-orang kantor-an, yang suka duduk ber-jam-jam tapi menahan-nahan aspirasi biologisnya demi kesopanan tapi malah menumpuk cikal bakal bau yang semerbak tidak enaknya.... atau dengan kata lain, tipe kentut ini dimiliki oleh sekelompok dan mungkin sebagian orang di dalamnya yang terbiasa hidup dalam keterpura-puraan.

Biasanya yang suka iseng suka mengeluarkan jenis kentut ini di ruang tertutup, macam dalam lift, dalam ruang meeting tertutup, dalam bus ac, dalam mobil ber-ac ketika rame-rame bareng pulang kantor atau bahkan di dalam pesawat terbang (kasus yang terjadi biasanya pas penumpang sudah pada berdiri antri mau turun dari pesawat)..... tujuannya ?? ya mungkin sekedar exhibionist.

Jadi ternyata kentut dan fenomena-nya itu menarik untuk dicermati, juga karena berkentut itu ternyata penting untuk dilampiaskan sebagai konsekuensi salah satu kebutuhan biologis, sejauh tidak menodai norma yang berlaku umum/disepakati dalam suatu komunitas.

Anton Joedijanto,
Jakarta, 12 maret 08.

'Perihal; Grup Band RUSH.'

Saya juga nge-fans sama grup musik asal Kanada ini.... begitu solid dan berenergi walaupun sudah menginjak usia grup hampir 40 tahun pertama berdiri, grup ini konon bernama Mahagony Rush, yang berkiblat bahkan mengadopsi habis konsep musik heavy metal-nya Led Zeppelin.

Album pertama mereka yaitu 'RUSH' yang rilis taun 1974 masih belum diawaki oleh Neil Peart. Bahkan lagu yang berjudul Finding my way dan Working Man, aroma Led Zeppelin sangat kental dalam album pertama ini, ada lagu yang sangat populer dan sempat 'dicari-cari' oleh anak-anak muda kita tahun 80-an, yaitu; In the mood.

Konon juga setelah album itu, terdapat perselisihan antara Geddy Lee (yang memang paling pinter dalam grup ini) dengan drummernya yang terdahulu. Lee tidak ingin RUSH menjadi epigonnya Led Zeppelin.

Karena perbedaan konsep bermusik tersebut, maka sang drummer tersebut digantikan oleh Neil Peart yang pada masa mendatang berhasil menawarkan konsep bermusik baru yang menjadi nyawa RUSH.

Dalam album 'Fly By Night', 1975, terdengar dengan jelas perbedaan aroma musik dalam RUSH setelah Neil Peart gabung dalam grup musik ini..... bukan menjadi heavy metal namun lebih menjadi dynamic - metal rock.... masih belum ke progressif rock.

Selanjutnya pada tahun yang sama rilis album 'Carress of Steel' pada tahun 1976 rilis album '2112'.... dengan tembang andalan yang berjudul sama, yang menurut saya menjadi salah satu ikon/lagu wajib dalam setiap konser mereka, yaitu The Temple of The Syrinx. Juga dirilis satu lagu yang sangat syahdu.... asli, ini adalah lagu paling melo yang pernah dirilis oleh RUSH, judulnya; The Tears.

Pada tahun 1976, setelah keempat album itu rilis, mereka mencoba 'nekat' untuk menggelar konser di tanah kelahiran musik rock modern yaitu Inggris dengan judul konser; 'All The World's Stage'. Tak dinyana, sambutan dari konser tersebut sangat luar biasa bagi 'pendatang' baru yang berasal dari luar Inggris.

Setelah keempat album yang menawarkan pakem musik heavy metal klasik tersebut, baru pada tahun 1977-1979 mereka mencoba bereksperimen mencoba meramu konsep musik dynamic-metal rock-nya dengan sentuhan progressif rock. Akhirnya rilis 2 album yang sangat kental dengan aroma progressif rock yaitu; 'Hemisphere' (1977) dan 'Farrewell To a King' (1978).

Dalam album Hemisphere terdapat 1 lagu (Cygnus X-1) yang kemudian sempat dijadikan seminar astronomi tingkat dunia pada tahun 1979, karena berisikan syair tentang prediksi kiamat karena fenomena alam semesta / The Black Hole yang terjadi dalam salah satu rasi bintang Cygnus X-1, dimana merupakan temuan besar astronom/fisikawan mashur Stephen Hawking pada tahun 1971. Juga terdapat lagu-lagu yang menjadi klasik dan menjadi ikon dalam setiap konsernya, yaitu; The Threes dan La Villa Strangiato.

Memang yang unik dalam RUSH adalah kekuatan pada syairnya yang mencoba untuk menawarkan permenungan terhadap hal-hal yang universal, saintis - futuris bahkan kritikan perihal cara hidup kapitalisme dunia.... tidak ada lagu yang berthemakan cinta yang dihasilkan oleh grup band ini..... harap maklum, karena konon ketiga maestro ini berlatar belakang pendidikan teknik.

Permainan bass Geddy Lee juga menginspirasi permainan bass mendiang Cliff Burton, bassist kharismatik Metallica. Seperti diketahui grup band Metallica juga sebuah grup yang menggagas warna musik baru di-khazanah musik rock, yaitu aliran Trash Metal, yang ngetop diakhir tahun 80-an hingga pertengahan 90-an.

Keunikan lainnya adalah penulis syairnya selalu Neil Peart dan penggubah melodi-nya adalah Geddy Lee dan Alex Lifeson. Bahkan sampai pada album terbarunya; 'Snake and The Water' (2007).

Juga mereka termasuk patuh pada arahan produsernya perihal pilihan nuansa / warna musiknya yang tengah menjadi demam pada masa setiap album dikeluarkan.... misal;

- pada era heavy metal tahun 70-an, empat album tersebut di atas dirilis dengan konsep dimana musik heavy metal menjadi demam bagi penggemar musik rock.
- pada akhir 70-an, mereka mencoba untuk menawarkan konsep progressif rock dalam album 'Hemisphere' dan 'Farewell to a king'.

Pada awal 80-an, mereka kembali mencoba untuk menawarkan konsep musik New Wave, dimana tarikan vokal Geddy Lee diturunkan tensinya menjadi tidak 'ngotot' dan melengking melainkan cenderung datar. Juga pada album-album mereka di era ini, grup musik ini mulai aktif menggunakan synthesizer, sehingga mulai berkesan 'manis' dan mulai 'langsung enak didengar'.

Album pertama di-era new wave mereka adalah 'Permanent Wave', dengan tembang andalan Spirit of the radio (sempat hampir setahun menduduki peringkat atas deretan lagu-lagu favorit di UK tahun 1980) dan Freewill, juga Natural Science.

Pada album yang dirilis tahun 1981; 'Moving Picture', menurut saya album inilah yang menjadi album 'pertama' mereka dipenggemar musik tanah air dengan tembang 'pasarannya' ; Tom Sawyer. Seingat saya lagu ini amat-amat digandrungi oleh anak-anak smp seusia saya pada tahun 80-an di Malang sana. Juga Yyz dan Red Barchetta.

Menurut saya, pada tahun 80-an ini adalah era keemasan RUSH, yang dilanjutkan dengan era-era kharismatis-nya pada tahun-tahun setelahnya hingga kini.

Julukan mereka dalam setiap konser yang pasti dihadiri oleh puluhan ribu penggemarnya adalah 'the great band in this universe' (mungkin ini terkait dengan salah satu lagu di album 'Hemisphere' tersebut yang berhasil dijadikan perbincangan oleh kalangan astronomi tingkat dunia).
Konser mereka yang dikemas dalam album 'The Exit Stage Left Live' membuktikan akan hal ini. Dalam album 'Signal' (1982) - menurut saya relatif lemah, karena berupaya untuk menutup bayang-bayang album sebelumnya - yang unik dalam album ini adalah lagu yang berjudul Chemistry. Juga terdapat lagu-lagu andalan macam; Subdivisons, The New World Man dan The Analog Kid.

Pada 1984, mereka merilis album 'Grace Under Pressure' - yang menurut saya - tidak ada lagu yang dominan tapi bagus semua. Rancak dan dinamis. Tidak berlebihan bila saya menilainya sebagai album terbaik mereka selama 38 tahun ini.

Lagu-lagu nya seperti The Enemy Within, After Image, The Body Electric dan Distance Early Warning, seakan merupakan kumpulan konsep musik paduan antara heavy metal, progresif dan new wave dalam komposisi yang tepat...... ssssttttt dalam album ini pula potongan rambut Alex Lifeson berubah dari gondrong poni menjadi sisiran panjang pinggir ala Duran-Duran.... potongan rambutnya ini bertaham hingga saat ini, walaupun sekarang sudah menjadi lebih pendek potongannya.

Pada tahun 1985 dan 1987 grup musik ini sempat 'terjebak' untuk mengikuti aliran jazz fusion dalam albumnya; 'Power Window' dan 'Hold Your Fire'. Dalam kedua album ini, mereka melantunkan lagu-lagu yang justru nuansa menutupi ikon instrument dominan grup ini, yaitu permainan drum-nya Neil Peart.

Mungkin kedua album ini memang dirancang untuk menawarkan musik jazz rock pada penggemarnya. Tidak banyak lagu yang 'menggigit' dari kedua album tersebut, kecuali; The Big Money (ini lagu sindiran atas perilaku kapitalisme dunia), The Manhattan Project (kritikan atas dampak atas bom atom Hiroshima/Nagasaki), Hold Your Fire (ajakan perdamaian dunia pasca perang dingin), Time Standing Still, Prime Movers dan Force Ten.

Pada tahun 1988 mereka menggelar konser 'The Show Of Hands' . Saya punya piringan LD-nya. Menurut saya konser ini adalah konser terbaik dalam hal kualitas bemusiknya yang sangat prima di atas panggung dalam tempo 2,5 jam dengan membawakan lagu-lagu yang dinamis. Juga dalam konser ini Neil Peart benar-benar unjuk kebolehan dalam memainkan solo drum / Rythm Methods dengan menunjukkan kemampuannya dalam menggembuk drum dengan kecepatan 1/16 ketukan !

Dua album yang rilis pada tahun 1989 ('Presto') dan 1991 ('Roll The Bones'), merupakan era dimana mereka harus beradaptasi terhadap iklim bermusik balada dengan mengedepankan permainan dan kualitas drum yang 'alami' / bukan drum listrik.

Cukup menarik karena merupakan kumpulan lagu-lagu rock-ringan dengan tensi memainkan instrumen yang diturunkan oleh produsernya, yaitu; Rupert Hine, yang juga berpartisipasi sebagai pengisi shyntesizer.

Lagu-lagu yang menarik dalam kedua album ini adalah; The Pass, Show don't tell, Super Conductor, Bravado dan The Dream Line.

Setelah dua album yang 'kalem' tersebut, maka tahun 1993 mereka berganti produser dengan menelurkan album 'Counterpart' dimana mencoba untuk mengembalikan 'kejayaan' mereka dalam ber-new wave pada tahun 80-an. Cukup menarik karena terdapat lagu instrument Leave That Things Alone yang akhirnya menjadi lagu wajib pada setiap konsernya pasca tahun ini.

Sejak album ini, grup ini mulai memperpanjang produktifitasnya dari tradisi 2 tahunan menjadi 'molor' menjadi 3 tahun bahkan 5 tahun....pada tahun 1996 mereka merilis album 'Test for Echo' yang juga - menurut saya - mencoba untuk menawarkan kembali konsep bermusik metal dan bersaing dengan musisi-musisi jenis musik yang sama pada tahun tersebut.

Setelah konser 'Different Stage Lives' yang kebanyakan di Amrik, perlu waktu hampir 8 tahun mereka vakum (dimana terdapat kisah perjalanan permenungan Neil Peart yang keliling Amerika menggunakan motor gede-nya, konon dia hampir celaka dan menghadap sang penguasa. Perjalanan panjang ini sebagai pelampiasan atas duka mendalam setelah ditinggal Istri karena kanker dan anak perempuannya karena kecelakaan mobil. ), sebelum pada tahun 2004 mereka rilis album 'The Vapor Trails'.

Setelah album ini, mereka mulai 'menjarah' penggemarnya di negara dunia ketiga, yaitu dengan menggelar konser di Brazil. Mereka unjuk kebolehan bermusik di atas panggung dihadapan 30 ribu penggemarnya. Fisik prima mereka patut diacungi seluruh jempol yang kita miliki, karena hampir 3 jam mereka melantunkan tembang-tembangnya mulai yang lama dan terbaru..... dari tampilan DVD-nya ciamik, namun belum bisa mengalahkan totalitas 'The Show Of Hands'.

Namun aksi prima Neil Peart dalam bersolo drum memang top markotop, sip markosip !! ... menurut saya ini adalah aksi terbaik solo drum-nya Neil Peart. Bayangkan, kedua tangan dan kedua kakinya dapat bergerak mengaransir melody drum yang berbeda-beda dalam waktu bersamaan. Mungkin kemampuan drummer seperti itu tidak banyak di bumi ini.

Tahun 2007, mereka rilis album terbarunya 'Snake and Water'.... nah yang ini saya malah belum beli albumnya... tapi dugaan saya album ini berisikan lagu-lagu dan konsep musik yang 'hanya' mempertahankan kharismatiknya sebagai grup band kelas dunia, tidak menawarkan hal-hal baru karena telah diexplore habis-habisan pada tahun 70-80-an.

Demikian tambahan dari saya tentang RUSH... semoga saling mengisi dan menambah wawasan kita atas grup band yang juga fenomenal ini.


Regards,

Anton Joedijanto.
Medio Maret 2008.
Pernah saya posting di millist Club-80an.

Jumat, Januari 23, 2009

Mohon ijin belajar nulis format Inggris = Thanks God Its Friday.

This evening I have a plan to hanging out with my beloved wife.

Today is Friday. It is meaning that tommorow I will be having extraordinary time to be happy with my family for two days plus one day of Chineese new year. That's why now I have desire to spend my time just with my wife. Just both of us, like a new married couple.

Watching a movie sounds a great idea. I would prefer Planet Hollywod 21 studio which is showing a movie named; Red Cliff II.

My wife and I had already watch the previous serie of this movie in original DVD format a week ago.

So I just can't wait the time to go faster until 5 pm and I will meet my wife with her nice smile.

What would happen among us during the dark in the cinema, it is absolutely our business.

Regards,
Anton Joedijanto.
Jakarta, January 23, 2009

Madiun Up Date.

Saya memiliki hubungan emosional yang dalam dengan kota Madiun. Bukan karena saya dilahirkan dan besar ataupun pernah tinggal lama di kota ini, melainkan karena kedua orang tua saya tinggal di kota ini.

Dalam sejarah kehidupan saya sampai saat ini, seingat saya, saya pernah tinggal hanya selama satu bulan di Madiun. Pada tahun 1994-an setelah saya lulus kuliah dan belajar setir mobil, karena sekolah nyetir mobil di Madiun biayanya relatif murah. Waktu itu saya punya rencana untuk bisa setir mobil sebagai bekal, jaga-jaga kalo saya nanti dapat pekerjaan di kota besar seperti Jakarta. Lha repotnya, setelah empat belasan tahun lebih kerja, saya tidak berani nyetir mobil di Jakarta. Lagi pula saya belum punya mobil.

Selebihnya dari selama sebulanan tersebut di atas, saya tinggal di Madiun dalam hitungan minggu bahkan hari, kalo nggak libur, cuti atau berlebaran sungkem sama orang tua.

Dan beberapa bulan yang lalu saya sempet mampir ke Madiun.

Madiun sekarang sudah mulai berubah menjadi kota Meropolis. Buktinya sudah ada hypermarket Giant dan Carrefour di sana.

Sebetulnya sayang, soalnya kalo berbelanja di pasar tradisional Madiun seperti Pasar Kawak atau Pasar Gede (yang kemarin barusan kebakar / masih dalam penyelidikan Polisi apakah di- atau ke-bakar) itu nyaman sekali. Pasarnya bersih, sosiologinya apik, yang jualan santun, tawar-menawarnya enak dan yang penting bisa nempur sama yang jualan. Apakah nempur beras atau nempur minyak.

Menikmati sarapan pagi berupa lontong pecel pincuk di Pasar Kawak merupakan kenikmatan tersendiri, sambil ngobrol pake bahasa Jawa dengan penikmat sebelah, ditengah-tengah orang yang lagi bertransaksi barang dagangan di dalam pasar, biasanya sembako dan pernik bumbu-bumbu-an dapur.

Bioskop yang –dulu- bergengsi bernama Madiun Theater (MT) sudah bubar, diganti semacam rumah makan berbentuk food court. Tapi bioskop yang ada di dekat alun-alun yang biasanya suka muter film-film panas (ini bukan panas kebakaran tapi panas jenis HOT untuk ukuran 17 tahun ke atas, bukan ke samping) alias adegan ranjang (ini juga bukan adegan ranjang sekedar melipat sprei atau menata sarung bantal dan guling di atas ranjang tapi dua orang berlainan jenis yang berguling-guling di atasnya sambil mengumbar hasrat).

Di seberang MT ada diskotik namanya Fire. Saya hanya membayangkan bagaimana model Clubbing di dalamnya karena kota Madiun itu atmosfer-nya pedesaan.

Tapi meskipun beratmosfer desa, Madiun mampu menunjukkan bukti sebagai kota yang berskala makmur. Ya makmur dalam pengertian dari hal yang paling sederhana yaitu kebersihan kota-nya, termasuk bahasan suasana pasar tersebut di atas.

Belum pengelolaan sampahnya. Apik. Madiun sempat beberapa kali mendapatkan piala Adipura, padahal –menurut cerita juga pengamatan saya- sebelum pertengahan hingga akhir 80-an, Madiun termasuk satu diantara beberapa kota yang terkotor di Jawa Timur.

Kalo kita jalan-jalan keliling Madiun, paling sip naik sepeda pancal atau mbecak atau bisa naik sepeda motor kalo nggak tahan panas terik siang hari, maka akan terlihat kondisi jalannya bersih, rata / jarang yang nggronjal-nggronjal yang menyebabkan sepeda atau becak jalannya mbendhal-mbendhal, lalu lintas teratur dan di beberapa daerah (poros jalan Diponegoro sampai jalan Pahlawan) akan mudah tercium bau aroma bakaran daging sate kambing/ayam.

Juga menurut saya tingkat pengangguran di kota ini juga rendah. Buktinya jarang sekali ditemui adanya pengemis/pengamen di pusat-pusat pembelanjaan. Atau mungkin justru mereka pindah untuk menjadi pengemis/pengamen di kota lainnya, itu yang belum saya dapatkan gambarannya.

Menurut saya, tingkat kemakmuran kota Madiun ‘hanya’ mengandalkan produk pertanian (sentra padi poros Ngawi-Caruban), sentra jalur transportasi kereta api (dilewati oleh macam-macam kereta api jurusan arah ke wilayah barat lewat jalur selatan) dan industri gerbong kereta api. Juga industri gula putih (ada beberapa pabrik gula putih yang beroperasi sedjak jaman Indonesia masih bernama Hindia Belanda) serta wilayah strategis militer AU.

Wah, lha kalo gitu tidak hanya 'hanya' donk. Poinnya adalah pemerintah daerah Madiun mampu mengelola pemasukan daerahnya untuk dijadikan pemastian kemakmuran masyarakatnya.

Madiun dari dulu masih berkesan menjadi kota yang sepi, kecuali pas lebaran tiba.

Byuh, orang-orang yang menjadi pengembara di beberapa kota besar di Indonesia (juga mungkin di luar negeri) tumpek blek kalo pas lebaran. Bisa ngantri panjang kalo mau andhok nasi pecel di daerah Sleko, pas malam hari.

Ciri khas suasana panas teriknya juga masih ada sampai sekarang. Istilahnya panas ngenthang-ngenthang kalo siang hari tanpa hujan. Tapi justru cuaca tetap seperti inilah yang menyebabkan wanita Madiun itu kebanyakan berparas manis sampai ayu. Jarang ada cewek Madiun yang berjerawat, menurut saya.

Hal ini karena –mungkin- mulai kecil mereka sering menyeka keringat karena panas ngenthang… jadinya kulit pipinya dan beberapa wilayah sekitar wajahnya menjadi halus. Kalo warna kulit apakah sawo matang, coklat, kuning langsat hingga putih, itu sudah turunan genetika.

Juga abab-nya menurut saya beraroma khas, karena –mungkin- pengaruh kualitas air sumur di Madiun yang banyak mengandung Kalsium.

(Note: untuk topik yang mengulas abab, akan saya bahas tersendiri.)

Madiun memang kota di mana menjadi perbatasan kultur antara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kalo didengar dari dialek dan cara penuturan, bahasanya relatif halus dibandingkan dengan dialek Jawa Timur-an poros Surabaya-Malang. Tata bahasa dan dialek Madiun itu sudah kebarat-barat-an (baca= kulonan, hampir sama dengan Surakarta walau tidak sehalus Surakarta).

Kuliner-nya juga demikian. Apa yang ada di Jawa Tengah tapi tidak seberapa disukai orang Jawa Timur ada di Madiun, seperti: Tong Seng, Sop Kambing, Timlo, Tengkleng (ini sangat dimungkinkan ada pengaruh kuliner Solo)

Sebaliknya, beberapa kuliner yang ada di Jawa Timur tapi nggak seberapa disukai sama orang Jawa Tengah, juga ada di Madiun, kayata; Rujak Cingur, Tahu Campur, Tahu Tek-Tek (pengaruh Surabaya untuk makanan berbasis petis) dan Rawon daging yang kuahnya berwarna hitam kecoklatan karena menggunakan kluwek.

Tingkat inflasi di Madiun juga cukup rendah. Lha buktinya harga sepotong Intip Kertan (Jadah bakar) yang pada tahun 90-an masih 50 rupiah, sekarang cukup menjadi 150 rupiah.

Demikian laporan sekilas tentang Madiun (bacaan dalam bahasa Jawa-nya= Mediyun. Konon dari asal kata 'ono Medi lagi Ayun-ayun'...)

Gara-gara hubungan emosional tadi, saya punya cita-cita juga nanti kalo punya rejeki pas pensiun mau menghabiskan masa pensiun di kota Madiun ini. Selain tingkat ekonomi kehidupan kotanya yang memungkinkan bagi pensiunan, juga saya ini cocoknya hidup di daerah panas. Kalo saya hidup di daerah dingin, kulit kaki saya pecah-pecah.

Salam,
Anton Joedijanto.
23 Januari 2009.

Kamis, Januari 22, 2009

'Perihal; Grup Band Genesis.'


Bagi saya Genesis masih merupakan grup band dengan lagu-lagunya yang masih melekat di telinga saya sampai saat ini. Nggak kebayang ketika member band ini mengeluarkan album-album masterpiece mendunia pada usia 20-an tahun;

- Peter Gabriel
- Stephen Hackett
- Tony Banks
- Phil Collins
- Mike Rutherford ... (yang permainan bass-nya seolah tersembunyi / nggak dominan tapi kalo didengar baik-baik, permainannya bak orang jawa yang sedang klangenan...).

Hampir semua albumnya saya punya, kecuali yang keluaran pertama tahun 1968; 'From Genesis To Revelation'. Saya sempet denger 1-2 lagu di dalamnya antara lain; In Hidding dan The Conqueror. Menurut saya dalam album ini belum terdengar konsep musik mereka yang 'aneh', syair saintis dan semacam dongeng-dongeng mitos/legenda atau cerita-cerita kondisi sosial di Inggris pada abad pertengahan.

Pada album 'Trespass' (1971), konsep musik mereka mulai kentara. Menurut saya album-album Genesis era Peter Gabriel dan Phil Collins masing-masing punya masterpiece sendiri-sendiri.

'Album Selling England By The Pound' tahun 1974 dijadikan acuan habis-habisan oleh musisi-musisi Indonesia era tahun 70-an (grupnya Eros Djarot, Keenan Nasution dll.) ketika mengeluarkan album Badai Pasti Berlalu, salah satu lagu yang berjudul (kalo nggak salah) = Melody, pada bagian refrein-nya, terdapat satu nukilan aransemen melodi yang mirip dengan salah satu bagian lagu After The Ordeal.

Dalam album ini terdapat sebuah lagu yang merupakan metafora kisah cinta antara Romeo & Juliet tapi dalam kondisi sosial masa kini (tahun 70-an) yaitu; The Cinema Show.

Mendengarkan musik dan syair grup band Genesis era Peter Gabriel itu seperti mendengarkan dongeng-dongeng yang bisa jadi di negeri antah berantah. Seperti lagu The Fountain Of Salmacis (album 'Nursery Crime', keluaran 1972), yang menceritakan ada anak dewa yang dihukum menjadi hermaprodit gara-gara meminum air Salmacis..... hebatnya bisa dibikin lagu yang bisa didengar dengan melodi yang unik.

Ada juga lagu yang panjangnya nggak ketulungan, sampai 20-an menit; Supper's Ready dari album 'Foxtrot', keluaran 1972. Saya nggak bisa membayangkan, bagaimana mereka mengaransemen, memainkan dan merekam lagu ini. Padahal tahun 70-an teknologi rekaman musik belum memungkinkan untuk dilakukan pengulangan-pengulangan pada bait-bait / melodi-melodi tertentu. Jadi mereka mainnya langsung direkam, termasuk improvisasi-improvisasi yang dilakukannya secara spontan.

Sayangnya - namun keputusan ini yang menurut saya menjadikan Genesis tetap melegenda - Peter Gabriel harus mengundurkan diri setelah album 'The lambs lies down on Broadway', keluaran 1975. Lagu-lagu seperti The carpets crawlers, In the cage dan The colony of slippermen, menunjukkan kemampuan mereka dalam melakukan eksplorasi konsep bermusik dan bersyair di dalamnya.

Pada era Phil Collins, sempat 2 album grup yang memang diawaki personil-personil yang jenius dalam bermusik ini gamang dalam menawarkan model melodi dan gubahan syair pasca ditinggalnya Peter Gabriel.

Kedua album itu; 'Wind and wuthering' dan 'Trick of tail' keduanya pada kisaran tahun 1976 dan 1977, menurut saya melodi-melodi dan syair dalam kedua album ini sedikit 'memaksa' dengan karakter vokal Phil Collins.... tapi masih asyik juga (dasar nge-fans !)... apalagi kalo denger lagu One for The Vine, In The Quiet Earth, Squonk dan Los Endos dalam kedua album itu....... wah wah wah... kombinasi permainan intrument; melodi, bas, synthesizer dan drum-nya.... hhmmmmm membawa ke alam nirwana... apalagi kalo didengar di daerah yang berhawa sejuk kayak malang..... SIP.... wis pokok-e jan jos gandhos !

Pada tahun 1977 mereka melakukan konser musik yang menggunakan teknologi dry ice pertama di dunia . Setelah konser yang direkam dalam album 'Seconds Out' itu (salah satu bintang tamu dalam konser itu adalah drumer YES= Bill Bruford), gitarisnya Stephen Hackett hengkang dari Genesis (dia sempat bikin 1 album yang juga sempat dibicarakan anak-anak penyuka musik rock progresive pada akhir 80-an bersama Stewe Howe/gitaris YES dengan membentuk grup band bernama = GTR).

Dalam konser itu, permainan melody gitar Stephen Hackett dalam lagu fenomenal The Firth of Fifth serasa dalam dan menyeruak ke dalam relung sanubari terdalam, yang mampu membawa pendengarnya menerawang ke alam lain; menembus ruang dan waktu.

Album 'and then there were three' 1978 akhirnya hanya diawaki oleh 3 orang personilnya saja; Phil Collins, Tony Banks dan Mike Rutherford. Sekali lagi pada album ini, konsep musiknya juga 'memaksa' baik syair maupun gubahan melodinya. Bahkan Mike Rutherford yang biasanya nge-bass, menurut saya, juga dipaksa untuk menjadi mirip dengan sayatan gitarnya Steve hackett. Beberapa lagunya juga dijadikan referensi pemusik-pemusik Indonesia (grup Gank Pegangsaan), seperti; The Burning Rope, Follow you follow me dan Many too many.

Pada tahun 1980, mendadak sontak konsep bermusik mereka berubah total; lebih mendekati new wave, tapi tetap dengan nuansa 'aneh' dan dalam satu album menceritakan satu cerita yang runtut, yakni 'Duke'. Menurut saya, album ini adalah masterpiece-nya era Phil Collins.... dan era dimulainya konsep melodi musiknya berubah.... dari syahdu menjadi menghentak.

Saya sendiri baru kenal Genesis pada tahun 83-an, masih smp, pake celana pendek warna biru tua (dengan dengkul berwarna kecoklatan gara-gara di smp saya maktu itu ada kewajiban ngepel kelas).

Pas lagi ngetop-ngetopnya lagu Mama dan Home by The Sea dari album 'Genesis'. Karena jatuh cinta sama Genesis jadilah saya berburu ke album-album sebelumnya.

Album tersebut merupakan awal perubahan konsep musik grup band ini dari model progresive rock yang klasik dengan syair yang bernuansa dongeng dan sci-fi menjadi pop rock dengan syair yang berthemakan tentang cinta dan kritik sosial.

Seperti album 'Invicible touch', keluaran 1987 yang dalam beberapa lagu-nya merefleksikan kritik sosial atas berlakunya suatu sistem yang salah tapi terlanjur mendunia, yaitu; The Domino dan beberapa syahdu berthemakan cinta dengan syair yang dalam seperti Into deep.

Album 'We can dance', keluaran 1992, lebih memantapkan lagi bahwa Genesis telah beralih menjadi grup band pop rock dengan thema cinta dan kritik sosial yang menjadi andalan, seperti; Hold on my heart, No son of mine dan Driving the last spike (lagu ini menceritakan tentang beratnya kehidupan kaum buruh Inggris yang mengerjakan proyek rel kereta api di abad 19).

Kalo diperhatikan, pada era Phil Collins, ada bedanya karakter vokal Phil Collins pas nyanyi single dan nyanyi untuk Genesis. Untuk Genesis, karakter vokal Phil Collins sedikit 'ngotot'. Setelah tahun 2002-an sempet operasi pita suara, pasti ada beda kualitas suaranya.

Album terakhir Genesis Calling all the station, keluaran 1996, dirilis setelah Phil Collins memutuskan undur diri dari Genesis, tahun 1995. Dalam album ini, menurut saya lebih menunjukkan dominasi Tony Banks dalam mengaransemen musik dan menuliskan syair di dalamnya.

Pada tahun 1999, pernah digagas adanya reuni Genesis dengan formasi klasik. Sayangnya belum terealisasi. Mungkin faktor ego dalam berkonsep musik, setelah masing-masing personilnya telah menjadi musisi yang sukses. Dalam album kompilasi lagu terbaiknya keluaran tahun 1999, lagu The Carpets Crawlers sempat di daur ulang, dimana seluruh personil lamanya memainkan setiap instrument persis sama ketika lagu ini dimainkan 25-an tahun sebelumnya.

Baru-baru ini Genesis formasi Phil Collins melakukan konser reuni dan direkam. Saya belum punya yang rekaman CD album Live 2007.... saya liat di salah satu toko CD di PIM 2 lantai 4 kemarin ada.
Jaman sekarang memang jamannya audio CD, yang menawarkan kualitas suara bening, jelas tanpa distorsi. Tapi masalahnya, kuping saya ini termasuk kuping orang-orang ketika kualitas pita kaset dirasakan sebagai perwujudan kualitas suara yang terbaik pula, pada jamannya. Jadi seringkali saya rindu dengan suara kresek-kresek keluaran audio Tape (bacanya Tip, bukan Tape camilan yang diproduksi orang Bandung sebagai peuyeum itu) recorder. Kangen dengan suasana hati yang menunggu alunan melodi musik setelah suara kresek-kresek beberapa saat sebelum intro sebuah lagu masuk dari audio Tape (sekali lagi dibaca; Tip, huruf 'i' seolah ada penekanan huruf 'e' dalam konotasi rendah).

Pada jaman saya smp-sma dulu, perusahaan kaset yang khusus mengkopi grup-grup musik progresive namanya YESS, harganya 1.25 K atau 1250 rupiah.... sampulnya unik warna hijau atau biru gradasi putih dan ada logo grup musik YES (jaman masih boleh beredar kaset bajakan).

Demikianlah ulasan saya tentang grup band Genesis. Nanti saya juga akan ulas juga beberapa grup progresive rock tahun 70-an yang berimbas mendunia - setidaknya menjadi inspirasi bagi musisi di Indonesia - pada 80-an, macam; YES, Pink Floyd, ELP, Rush, marillion dll.

Anton Joedijanto,
Medio Pebruari 2008.
(sebagian saya posting dalam milis Club-80)