Jumat, Mei 29, 2009

Terminator Salvation; Cyborg dengan sentuhan manusiawi.

Melanjutkan 3 sekuel sebelumnya, film ini mengisahkan peperangan antara umat manusia melawan mesin-mesin pembunuh ciptaan Skynet yang terjadi pada tahun 2018. Pada saat itu, terdapat kaum pemberontak/resistan yang berusaha bertahan dan melawan mesin guna menghindari kepunahan umat manusia. Kaum ini dipimpin oleh John Connor (Christian Bale) dimana dalam melakukan upaya perlawanan tersebut, dia selalu mempelajari referensi rekaman suara ibunya, Sarah Connor (Linda Hamilton) wanita gigih yang sangat percaya bahwa jaman peperangan antara umat manusia melawan mesin pasti akan terjadi berpuluh tahun setelah tahun 1984 dan diceritakan telah tewas karena kanker pada sekuel ke 3 film tersebut.

Dalam perjuangannya melawan mesin, John Connor dibantu oleh istrinya, Kate Connor (Bryce Dallas Howard) dan pimpinan pasukan andalannya, Barnes (Common). Diceritakan bahwa selama hidupnya, John Connor ingin membuktikan pesan-pesan yang disampaikan oleh ibunya tentang masa depannya dan hal-hal yang akan dialaminya, seperti pertemuannya dengan ayahnya yang bernama Kyle Reese dan mesin robot yang menyerupai manusia yang akan dihadapinya.

Dilain waktu, pada 15-an tahun sebelumnya yaitu tahun 2003, terdapat seorang pesakitan yang bernama Marcus Wright (Sam Worthington) yang akan menjalani hukuman mati karena tindakan kriminalnya, namun sebagian besar organ tubuhnya disetujuinya untuk dijadikan percobaan oleh Dr. Serena Kogan (Helena Bonham Carter) sebagai proyek perusahaan Cyberdyne yang mencoba untuk melakukan riset pembuatan robot cybernetic organic (Cyborg).

Proyek penciptaan Cyborg pun terhenti karena Skynet pada tahun 2003, sebagaimana sekuel ke 3 film ini, telah mengoperasikan mesin-mesinnya untuk memulai melakukan pembantaian terhadap umat manusia. Sedangkan Marcus Wright, salah satu Cyborg itu kemudian terbebaskan setelah 15 tahun kemudian, setelah kaum resistan yang dipimpin John Connor melakukan penyerangan dan pembebasan tahanan manusia di bunker bekas Cyberdyne.

Dalam perjalanannya, Marcus Wright kemudian bertemu dengan Kyle Reese (Anton Yelchin) anak muda pengagum kaum resistan, terobsesi ingin bergabung melawan mesin pembunuh dan kelak adalah ayah dari John Connor.

Terdapat kecurigaan kelompok resistan ketika Marcus Wright bertemu dengan John Connor, karena diketahui bukan manusia sepenuhnya, melainkan Cyborg. Setelah sempat ditahan kaum resistan Marcus Wright ditolong untuk melarikan diri oleh seorang wanita kaum resistan yang mengaguminya, Blair Williams (Moon Bloodgood).

Kesalahpahaman tentang niatan Marcus Wright untuk justru menolong Kyle Reese yang diculik oleh kelompok mesin pembantai, pun muncul yang berakibat perburuan Marcus Wright oleh kaum resistan, sampai John Connor menyadari sepenuhnya bahwa Marcus Wright memang berniat untuk menolongnya juga umat manusia dari upaya pembantaian kelompok mesin Skynet.

John Connor pun akhirnya bersedia membantu Marcus Wright untuk mencegah perburuan terhadapnya dan melakukan penyusupan ke markas inti Skynet. Dilain pihak, John Connor kemudian mengabarkan untuk menunda serangan global terhadap Skynet kepada seluruh kaum Resistan di muka bumi, hingga Kyle Reese, sosok yang belum pernah ditemuinya, diselamatkan. Salah satu relasi kaum resistan yang dihubunginya adalah Jendral Ashdown (Michael Ironside) yang lebih memilih untuk menjadikan tawanan manusia termasuk Kyle Reese sebagai korban perang.

Perjuangan untuk menyelamatkan tawanan manusia dan Kyle Reese pun bukan perkara gampang karena harus berhadapan dengan kelompok mesin pembantai dan seri terbaru robot berorgan manusia yaitu, T-800 model 101, yaitu robot cyborg yang tampil dalam sekuel-sekuel yang dimainkan oleh Arnold Schwarzenegger.

Selain itu, terdapat perjuangan tersendiri atas Marcus Wright untuk membuktikan eksistensi dirinya sebagai manusia melawan pengaruh Dr. Serena Kogan dalam bentuk layar hologram pada main CPU-Sky Net.

Secara keseluruhan, film ini tidak begitu dominan menampilkan efek-efek khusus sebagaimana 3 sekuel sebelumnya, melainkan lebih mengutamakan permainan watak atas pemain-pemain pendukungnya sehingga terkemas menjadi suatu film Sci-fi yang manusiawi. Banyak adegan-adegan aksi yang merupakan pengulangan dari sekuel-sekuel sebelumnya.

Sebagaimana judulnya, Salvation/Penyelamatan, film ini justru lebih menempatkan tokoh Markus Wright sebagai tokoh utama dibandingkan John Connor. Karena itu, sejak awal sutradari film ini McG berminat untuk menjadikan Christian Bale memerankan tokoh Markus Wright. Namun pilihan pemeran pun dirubah dengan harapan mungkin mengandalkan Christian Bale agar dapat berperan dalam memberikan sentuhan karakter yang manusiawi sebagaimana dalam film-film aksi yang diperankannya.

Akan lebih menarik lagi jika tokoh Markus Wright ini menjadi cikal bakal manusia Cyborg yang menjadi cetak biru robot T-800. Arnold Schwarzenegger yang selama ini menjadi ikon utama trilogi Terminator pun tidak ditampilkan penuh dalam film ini, melainkan melalui proses Computer Generated Imagery/CGI-Facials.

Sayangnya penampilannya dalam beberapa detik saja pada akhir film sebagai cikal bakal robot T-800, justru mengganggu alur cerita yang sebenarnya dapat mengkaitkan tokoh Markus Wright sebagai cetak biru robot cyborg T-800 model 101.

Namun demikian, bagi peminat film serial Terminator, film ini layak untuk dinantikan karena menawarkan suatu cerita yang tidak sekedar mengandalkan adegan-adegan aksi yang seru namun juga penggambaran kepanikan seorang pemimpin sisa manusia yang mencoba bertahan atas pembantaian oleh kelompok mesin-robot dan pilihan untuk menjadi manusia yang utuh atas kenyataan dirinya sebagai Cyborg yang diperankan dengan baik masing-masing oleh Christian Bale dan Sam Worthington.

Jakarta, 28 Mei 2009,
Anton Joedijanto.

Kamis, Mei 28, 2009

Film Angels & Demons (arsip e-mail 26 Mei 2009)

Dear All,

Jadi film Angels & Demons (A&D) ini kurang lebih menggunakan salah satu isu tujuan dan/atau hasil uji coba riset untuk membuktikan asal muasal alam semesta yang berdampak munculnya partikel Tuhan/ partikel super simetri / Higgs Bosson’s yang diprediksikan menjadi sesuatu yang antimateri.

Isu percobaan oleh CERN 10 September 2008 itu cukup relevan dengan runtutan cerita film yang berkisar pada intrik suksesi Pimpinan Besar kaum Katholik di Vatikan - Roma.

Kurang lebih cerita yang mirip tentang Vatikan juga ada di Godfather III (Alpacino, Andy Garcia dkk).

Ciri khas film yang berdasarkan pada sebuah novel memang menjadi suatu film yang berdurasi panjang, seperti Curious case of Benjamin Button atau Legend of The Falls atau The Godfather (film A&D sendiri berdurasi +- 2.5 jam. Jadi sebaiknya sedia cemilan macam risoles, kroket, tahu isi dll, daripada ngelih/kaliren dalam bioskop. Juga dianjurkan untuk ibu-ibu yang mau nonton film ini untuk pipis duluan sebelum masuk studio, dari pada nonton sambil nahan-nahan gimana, gitu).

Cukup enak ditonton, karena alurnya tidak mudah ditebak dengan hasil akhir yang cukup tidak dapat diduga (padahal sejak awal film main saya sudah menduga lho, sumprit).

Apalagi yang main adalah aktor karismatik Tom Hanks (serba bisa, mulai drama, komedi, kartun, gangster, perang hingga thriller) juga Ewan Mc Gregor (biasanya main di film-film yang berthemakan futuristic macam Star Wars I, II, III, jadi Obi-Wan Kenobi).

Mungkin kalo membaca novelnya lebih mantap lagi.

Konon novel karya Dan Brown dengan judul yang sama itu dirilis sebelum Da Vinci Code.

Siapa yang punya ?... mbok saya pinjem.

Bagi yang belum nonton, silakan memilih bioskop kesayangan masing-masing. Jangan lupa tips saya tadi tentang bagaimana nonton nyaman film panjang, yaitu; sedia cemilan dan sadar pipis sejak awal.

Juga saran saya lagi, sebaiknya juga jangan baca novelnya dulu…. karena biasanya banyak alur cerita yang dipendekkan / tidak seruntut dengan yang dituliskan di novel. Juga bayangan akan wajah pemerannya tentu berbeda dengan yang digambarkan dalam novel.

Selamat menonton pada waktu yang berkenan bersama orang-orang yang disayangi/dikasihi/ditaksir/dirujuk/dijadiin lagi/barusan di-add temen facebook dsb.,

Salam,
Anton Joedijanto.

From: Anton Joedijanto Sent: Wednesday, September 10, 2008 9:19 AM


Subject: Large Hadron Collider (LHC)

Dear All,

Hari ini saya mendapatkan berita dalam lingkup perkembangan penelitian fisika kuantum bahwa pada hari ini Rabu 10 September 2008 di Jenewa (tepatnya di perbatasan Swiss-Perancis), pihak organisasi riset nuklir Eropa (CERN) melakukan uji coba injeksi proton ke dalam piranti LHC / Large Hadron Collider, dimana merupakan piranti superkonduktor terbesar di dunia yang akan menumbukkan dua proton dari arah berlawanan dengan kecepatan cahaya sehingga diperkirakan hasil tumbukan itu berdampak mirip terjadinya Big Bang / dentuman besar yang dipercaya sebagai asal muasal jagad raya, yang terjadi pada 13,7 milyar tahun yang lalu. Tidak hanya itu saja, dampak tumbukan (collides) dari dua proton di dalam piranti tersebut juga diduga menimbulkan black hole (semacam zarah non partikel yang menimbulkan fenomena gravitasi yang bahkan dapat membelokkan cahaya).

Percobaan mega proyek ini yang memerlukan dana 6 – 10 Milyar Dolar Amerik dan memerlukan waktu 14 tahun rancangan serta konsumsi daya hingga 125.000 megawatt, piranti LHC merupakan percobaan untuk membuktikan teori Higgs yang disampaikan oleh fisikawan Inggris Peter Higgs, dimana pada tahun 1964 menyampaikan teori dengan menumbukkan / men-smash proton pada kecepatan cahaya di dalam piranti tersebut akan ditemukan partikel Higgs bosson yang juga disebut-sebut sebagai ‘partikel Tuhan’ / ‘God Particle’. Dinamakan demikian karena riset tersebut diprediksikan dapat menghasilkan partikel supersimetri bahkan pembuktian fenomena ekstra dimensi.

Pro-kontra atas uji coba ini juga masih berlangsung. Alan Boyle, editor ilmiah media MSNBC menyampaikan terdapat dua kemungkinan : akan menyelamatkan atau justru menghancurkan bumi. Menyelamatkan karena dinilai dengan ditemukannya partikel supersimetri yang disebut-sebut sebagai sumber energi abadi. Atau justru menghancurkan, karena bumi akan ‘ditelan’ oleh zarah Black Hole / Lubang Hitam yang memiliki gravitasi dahsyat.

Stephen Hawking, ilmuwan fisika kuantum dari Inggris (penemu fenomena Black Hole dan penulis buku The Brief History of Time) berani bertaruh sebesar 100 USD (setara 70 Poundsterling) bahwa mega experiment ini tidak akan berhasil menghasilkan partikel Higgs bosson, karena yang disebut sebagai partikel Tuhan karena memang partikel itu merupakan sesuatu yang suci dalam pengertian ilmu kosmik.

Sedangkan Hubert Reeves, seorang astrofisika dari Perancis memprediksikan akan terjadi ‘sesuatu yang tak terduga’ yang dapat merubah dunia partikel fisik selamanya.

Well…. Mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa yang justru merusak bumi akibat penelitian ini. Namun justru hasil yang positif dan bermanfaat bagi kelangsungan hidup umat manusia di muka bumi ini, seperti yang diduga oleh Pak De Hawking dan Pak Lik Reeves tersebut di atas.

Semoga bermanfaat, karena mungkin berita semacam ini belum pernah kita ikuti sebelumnya, karena media massa kita masih terlalu asyik untuk membahas dan mengupas hal-hal yang cenderung pada cara kehidupan/gaya hidup kaum selebritis.

Semoga berkenan dan selamat menunaikan ibadah puasa.

Salam,
Anton Joedijanto,
Penikmat Mekanika Kuantum.


Tue Sep 9, 3:56 PM ET
LONDON (AFP) - Renowned British astrophysicist Stephen Hawking has bet 100 dollars (70 euros) that a mega-experiment this week will not find an elusive particle seen as a holy grail of cosmic science, he said Tuesday.
In the most complex scientific experiment ever undertaken, the Large Hadron Collider (LHC) will be switched on Wednesday, accelerating sub-atomic particles to nearly the speed of light before smashing them together.
"The LHC will increase the energy at which we can study particle interactions by a factor of four. According to present thinking, this should be enough to discover the Higgs particle," Hawking told BBC radio.
"I think it will be much more exciting if we don't find the Higgs. That will show something is wrong, and we need to think again. I have a bet of 100 dollars that we won't find the Higgs," added Hawking, whose books including "A Brief History of Time" have sought to popularise study of stellar physics.
On Wednesday the first protons will be injected into a 27-kilometre (16.9-mile) ring-shaped tunnel, straddling the Swiss-French border at the headquarters of the European Organisation for Nuclear Research (CERN).
Physicists have long puzzled over how particles acquire mass. In 1964, a British physicist, Peter Higgs, came up with this idea: there must exist a background field that would act rather like treacle.
Some scientists were however more optimistic.
Hubert Reeves, the French astrophysician, told the Swiss daily Le Matin that the invention could bring "unexpected results" that would change the world of particle physics forever.
"This machine will probably bring unexpected results that could turn particle physics on its head," Reeves said.
"It's a really impressive tool. It can go as deep underground as the length of a cathedral," he said.
Particles passing through it would acquire mass by being dragged through a mediator, which theoreticians dubbed the Higgs Boson.
The standard quip about the Higgs is that it is the "God Particle" -- it is everywhere but remains frustratingly elusive.
While questioning the likelihood of finding Higgs Bosons, Hawking said the experiment could discover superpartners, particles that would be "supersymmetric partners" to particles already known about.
"Their existence would be a key confirmation of string theory, and they could make up the mysterious dark matter that holds galaxies together," he told the BBC.
"Whatever the LHC finds, or fails to find, the results will tell us a lot about the structure of the universe," he added.
Hawking, the 66-year-old Lucasian Professor of Mathematics at Cambridge University, was diagnosed with the muscle-wasting motor neuron disease at the age of 22.
He is in a wheelchair and speaks with the aid of a computer and voice synthesiser.
By Alan Boyle
Science editor
MSNBC
updated 5:03 p.m. ET Sept. 8, 2008
function UpdateTimeStamp(pdt) {
var n = document.getElementById("udtD");
if(pdt != '' && n && window.DateTime) {
var dt = new DateTime();
pdt = dt.T2D(pdt);
if(dt.GetTZ(pdt)) {n.innerHTML = dt.D2S(pdt,((''.toLowerCase()=='false')?false:true));}
}
}
UpdateTimeStamp('633565046188470000');

getCSS("3027626")

Alan Boyle
Science editor

Will the Large Hadron Collider save the world, or destroy it?
As the atom-smasher at Europe's CERN research center is readied for its official startup near Geneva on Wednesday, researchers might wish that the general public was captivated by the quest for the Higgs boson, the search for supersymmetric particles and even the evidence for extra dimensions.
But if the feedback so far is any guide, the real headline-grabber is the claim that the world's most powerful particle-smasher could create microscopic black holes that some fear would gobble up the planet.
The black-hole scenario is even getting its day in court: Critics of the project have called for the suspension of work on the European collider until the scenario receives a more thorough safety review, filing separate legal challenges in U.S. federal court and the European Court of Human Rights.
The strange case of the planet-eating black hole serves as just one example showing how grand scientific projects can lead to a collision between science fiction and science fact. The hubbub also has led some to question why billions of dollars are being spent on a physics experiment so removed from everyday life.
Why do it?Michio Kaku, a theoretical physicist at the City College of New York, acknowledged that people often ask about the practical applications of particle physics. Even if physicists figure out how a particle called the Higgs boson creates the property of mass in the universe, how will that improve life on Earth?
"Sometimes the public says, 'What's in it for Numero Uno? Am I going to get better television reception? Am I going to get better Internet reception?' Well, in some sense, yeah," he said. "All the wonders of quantum physics were learned basically from looking at atom-smasher technology."

Kaku noted that past discoveries from the world of particle physics ushered in many of the innovations we enjoy today, ranging from satellite communications and handheld media players to medical PET scanners (which put antimatter to practical use).
"But let me let you in on a secret: We physicists are not driven to do this because of better color television," he added. "That's a spin-off. We do this because we want to understand our role and our place in the universe."
About those black holes ...The black holes that may (or may not) be generated by the Large Hadron Collider would have theoretical rather than practical applications.
If the collider's detectors turn up evidence of black holes, that would suggest that gravity is stronger on a subatomic scale than it is on the distance scales scientists have been able to measure so far. That, in turn, would support the weird idea that we live in a 10- or 11-dimensional universe, with some of the dimensions rolled up so tightly that they can't be perceived.
getCSS("3088867")

Video

Big Bang collider could test theories—and nervesSept. 9: Could atom-smasher create a black hole capable of swallowing the Earth? NBC's Keith Miller reports.
Nightly News
Some theorists say the idea would explain why gravity is so much weaker than the universe's other fundamental forces — for example, why a simple magnet can match the entire Earth's gravitational force pulling on a paper clip. These theorists suggest that much of the gravitational field is "leaking out" into the extra dimensions.
"It will be extremely exciting if the LHC did produce black holes," CERN theoretical physicist John Ellis said. "OK, so some people are going to say, 'Black holes? Those big things eating up stars?' No. These are microscopic, tiny little black holes. And they’re extremely unstable. They would disappear almost as soon as they were produced."
Not everyone is convinced that the black holes would disappear. "It doesn't have to be that way," said Walter Wagner, a former radiation safety officer with a law degree who is one of the plaintiffs in the federal lawsuit. Despite a series of reassuring scientific studies, Wagner and others insist that the black holes might not fizzle out, and they fear that the mini-singularities produced by the Large Hadron Collider will fall to the center of the earth, grow larger and swallow more and more of Earth's matter.
Ellis, Kaku and a host of other physicists point out that cosmic rays in space are far more energetic than the collisions produced in the Large Hadron Collider, and do not produce the kinds of persistent black holes claimed by the critics. In the most recent report, CERN scientists rule out the globe-gobbling black holes and the other nightmares enumerated in the lawsuit, even under the most outlandish scenarios. Wagner remains unconvinced, however.
"I don't think the knowledge we are going to acquire by doing such an experiment outweighs the risk that we are taking, if we can't quantify that risk. ... We need to obtain other evidence," he said.
CONTINUED: From strangelets to the 'super force'

Selasa, Mei 05, 2009

Mekanisme Biokimia Sintesa Protein Sebagai Model Sinergi Organisasi.

Ringkasan Mekanisme Biokimia Sintesa Protein

Dalam sintesa protein, terdapat mekanisme penerjemahan kode genetika (kodon) asam amino sebagai gugus-gugus senyawaan kimia yang membentuk struktur kimia protein.

Kode genetika tersebut diatur oleh suatu struktur kima dalam inti sel bernama Deoksiribo Nucleic Acid (DNA) yang berfungsi untuk mengirim cetak biru asam amino yang harus disintesa di dalam bagian sel yang bernama badan ribosom.

Cetak biru kode genetika, berisikan susunan struktur kimia tertentu yang merupakan mata rantai dari gugus senyawaan Adenin, Timin, Sitosin, Guanin. Keempat komponen kimia tersebut berikatan satu sama lain, membentuk mata rantai gugus kimia asam amino dengan model tertentu yang merupakan kode asam amino jenis apa yang harus disintesa di dalam badan ribosom.

Selanjutnya, cetak biru yang berisikan kode genetik asam amino tersebut dikirimkan oleh suatu struktur kimia di dalam inti sel yang bernama Ribo Nucleic Acid (RNA) yang berfungsi sebagai messenger (pengirim kode), ke dalam badan ribosom guna dapat dikonfirmasi kode genetika sebagai cetak biru asam amino tersebut.

Di dalam badan ribosom, RNA-m memindahkan kode genetika kepada RNA-t yang berfungsi sebagai pentransfer (memindahkan kode) yang selanjutnya kode genetika tersebut ditransfer kepada RNA-d yang berfungsi sebagai penduplikat (menduplikasi kode).

Hasil duplikasi kode genetika asam amino tersebut selanjutnya dijadikan sebagai acuan untuk mensitesa protein yang berbasis gugusan asam-asam amino jenis tertentu, seperti; Valyne, Lysine, Serine, Alanyne, Glysine, Tyrosine, Phenilalanyne dan lain sebagainya.

Korelasi Mekanisme Sintesa Protein Dengan Sinergi Suatu Organisasi

Mekanisme biokimia dasar sintesa protein tersebut diatas, menginspirasi penulis untuk dapat dijadikan dasar model sinergi antar unit di dalam suatu Organisasi (terutama yang berorientasi profit) dengan unit-unitnya baik yang berada di wilayah Kantor Pusat maupun di Cabang-cabang-nya dalam berkinerja rutin.

Fungsi DNA sebagai pencetak kode genetika, direfleksikan sebagai fungsi Top Manajemen Organisasi (yaitu; Direksi) dalam menggagas konsep bisnis yang akan diterapkan untuk diraih sasarannya.

Fungsi RNA-m sebagai penerima kode genetika pertama dari DNA, direfleksikan sebagai fungsi Middle Manajemen Organisasi (yaitu; level Vice President, General Manager hingga Senior Manager) dalam menerjemahkan konsep bisnis kedalam suatu strategi tertentu baik yang bernuansa teknis maupun bisnis yang akan diimplementasikan dimana diantaranya memerlukan sinergi dengan unit-unit lainnya, baik antar Unit bisnis strategis, Divisi maupun Cabang.

Fungsi RNA-t sebagai pemindah kode genetika dari RNA-m, direfleksikan sebagai fungsi suatu unit yang dinilai mampu melakukan penerjemahan terhadap konsep bisnis yang dikemas dalam suatu matrikulasi program yang dapat diimplementasikan secara operasional. Unit tersebut menurut hemat penulis adalah kolaborasi antara unit Quality Assurance, Business Support dan Operasional suatu Unit bisnis strategis.

Fungsi RNA-d sebagai penduplikasi kode genetika dari RNA-t di dalam badan ribosom, direfleksikan sebagai fungsi manajemen di lokasi-lokasi kerja (yaitu; Kepala Cabang/Branch Manager, Manajer Regional, Manajer Site, Manajer Operasional, Site Manager, Business Support Manager) yang bekinerja rutin dalam menekuni bisnis rutin dalam skala kewenangan lingkup regional/area yang dimilikinya.

Dengan kata lain, badan ribosom di dalam sel, direfleksikan sebagai unit kerja yang mengimplementasikan strategi-strategi bisnis yang secara empirik digagas oleh manajemen Unit bisnis strategis melalui kolaborasi unit-unit Quality Assurance, Business Support dan Operasional.

Protein, yang merupakan kombinasi dari beberapa gugus asam amino di dalam ribosom, direfleksikan sebagai Profit yang akan dicapai dan dikelola oleh manajemen di lokasi-lokasi kerja, seperti; cabang, area, regional maupun site-site.

Dengan pertimbangan bahwa antara RNA-m dan RNA-t memiliki fungsi yang direfleksikan sebagai penerjemah dan penyusun strategis implementatif dari konsep bisnis empirik dari top manajemen suatu Organisasi, maka patut dipertimbangkan bahwa kedua lini fungsi tersebut difasilitasi oleh infrastruktur spesifik dalam melakukan penelitian dan pengembangan / research and development (R&D) guna dapat menentukan mekanisme implementatif yang proporsional dari strategi bisnis yang dirancang, untuk disampaikan kepada manajemen di lokasi-lokasi kerja.

Dalam penerapannya, penulis menggambarkan bahwa fungsi Unit strategis bisnis akan berfokus kegiatan pada kegiatan-kegiatan yang bersifat R&D, baik untuk lingkup teknis maupun non teknis.

Sedangkan lokasi-lokasi kerja, seperti Cabang, area, regional dan site, akan berfokus pada kegiatan-kegiatan yang bersifat implementatif hasil dari rancangan strategi teknis dan non teknis hasil R&D oleh Unit strategis bisnis tersebut di atas.

Dengan menerapkan model sinergi yang diinspirasi oleh mekanisme biokimia sintesa protein tersebut di atas, maka terdapat setidaknya 2 (dua) keuntungan yaitu;

o Kualitas produk telah melalui hasil penelitian dan pengembangan yang dikemas melalui mekanisme yang sistematis. Dengan demikian, fungsi pemasaran dan penjualan telah dipastikan memasarkan dan menjual produk dengan kualitas yang dikonfirmasi sejak awal.

o Dalam pengelolaan untung-rugi, maka potensi terjadinya proses pengkutuban profit antara Cabang/Regional/Area/Site dengan Unit strategis bisnis - dimana kedua fungsi tersebut memiliki domain dalam pengelolaan untung-rugi - dapat direduksi.

Merupakan gagasan yang menarik apabila mulai dipertimbangkan hasil-hasil R&D dalam skala yang bagaimana serta hasil implementasinya yang seperti apa di lokasi-lokasi kerja, yang kemudian dikorelasikan sebagai angka nominal apresiasinya.

Sehingga suatu Unit bisnis strategis penggagas konsep R&D akan mendapatkan profit dari hasil program dan/atau proyek R&D yang diterapkan oleh unit-unit kerja.

Dengan demikian, sinergi dengan pola yang proporsional dalam menggagas R&D dan penerapannya, sejatinya merupakan bagian dari pengejawantahan konsep Knowledge Management.

Dalam pandangan penulis, suatu organisasi yang memiliki komitmen tinggi untuk menerapkan Knowledge Management, merupakan suatu organisasi yang tidak saja mampu bersaing melainkan juga telah mengakomodir hak paling mendasar dari karyawan-karyawannya yaitu; berpikir, berargumen dan menggagas.

Bagaimana pembaca yang budiman, tertarik untuk merancang bagaimana menerapkannya ?

Salam,
Anton Joedijanto,
5 Mei 2009